Sementara jerih payah orang tuanya hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Arsad tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana. Dindingnya susunan bata tanpa polesan semen dan lantai tergelar tikar.
Kamar mandi ada di luar dan terpisah dari bangunan rumahnya. Ia pun harus menimba air dengan cara traidisional di sumur tua.
“Saya tidurnya di sini,” papar Arsad sambil menunjuk ruang tamu yang ada tikarnya.
Hingga akhirnya, ia mendapat informasi ada program sekolah kemitraan yang diinisiasi Gubernur Ahmad Luthfi. Program tersebut memberikan kesempatan siswa kurang mampu bersekolah di swasta dengan biaya penuh dari pemerintah alias gratis.
“Ya saya senang bisa ikut program sekolah kemitraan dari Pak Luthfi. Dan tahun ini saya terdaftar di SMA Muhammadiyah Sumowono,” ungkapnya.
Dijelaskannya, jarak rumahnya dengan SMA Muhammadiyah Sumowono hanya sekitar lima kilometer. Jadi, selain gratis jaraknya juga tidak jauh.
“Saya akan lebih bersemangat belajar dan nantinya saya ingin dapat menaikkan derajat keluarga,” harapnya.
Sekretaris Tim SPMB SMA Muhammadiyah Sumowono, Badriyah, mengutarakan, program sekolah kemitraan sangat bagus karena menjadi solusi bagi anak-anak kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan gratis.
“Kalau mau sekolah ke negeri jaraknya jauh. Jadi dengan adanya sekolah kemitraan ini bisa memangkas jarak dan juga gratis,” ujarnya.
Pihaknya berkomitmen untuk mendukung program tersebut, salah satunya dengan memastikan bisa tepat sasaran.
“Kami bahkan melakukan sosialisasi ke masyarakat sekitar sini, dan memastikan sesuai persyaratan yang ada,” imbuhnya.