Kedua, jaminan keamanan menjadi nilai plus lainnya.
Di Jawa Tengah, disebutnya tak ada premanisme yang mengganggu investasi. Nafas masyarakat Jawa Tengah adalah tepo seliro atau saling hormat menghormati, sehingga para pengusaha bisa fokus pada urusan produksi.
Keuntungan selanjutnya adalah biaya investasi yang tidak mesti harus nominal besar. Ahmad Luthfi mengatakan, investasi di Jateng menyasar padat karya, sehingga akan sama-sama menguntungkan. Investor akan mendapatkan tenaga kerja terampil dan masyarakat bisa mendapatkan peluang kerja.
Kepala Administrator KEK Kendal dan KEK Industrilopolis Batang, Tjertja Karja Adil, mengatakan hal senada. Rugi besar jika tak ikut berinvestasi di Jateng, karena saat ini ada tren investasi masuk ke Jateng. Ada relokasi usaha dari China dan Korea masuk ke Batang.
Saat ini jumlah pelaku usaha di KEK Kendal ada 128 pengusaha. Di antaranya dari China, Korea, Jepang, Singapura, dan Malaysia. Sementara di KEK Batang ada 48 pelaku usaha.
Deputi bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi BKPM, Riyatno, mengatakan, banyak investor yang berasal dari Eropa dan Amerika menanyakan soal energi yang digunakan untuk industri. Mereka lebih tertarik menanamkan usaha jika ada dukungan di sektor energi terbarukan.
Perlu diketahui, target investasi pada 2025 sebesar Rp 78,33 triliun. Hingga triwulan I terealisasi Rp 21,85 triliun (27,89%), terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 7,77 triliun (36%) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp. 14,08 triliun (64%).
Terdapat lima besar sektor realisasi investasi PMDN dan PMA, yaitu industri tekstil, industri barang dan kulit alas kaki, industri karet dan plastik, industri makanan, industri perumahan, kawasan industri dan perkantoran. Terdapat lima besar negara realisasi Investasi PMA yaitu Tiongkok, Korea Selatan, Hongkong (RRT), Singaputra dan Belanda.