“Alhamdulilah, soal hasil selalu saya syukuri sehingga cukup untuk keluarga,” tuturnya.
Meski saat ini anak-anaknya sudah pandai membuat tutus, lanjut dia, tetapi mereka memilih untuk tidak melanjutkan usahanya dan lebih memilih pekerjaan lain. Namun berbeda dengannya, meski diusia senja, Wadi tetap setia menekuni usahanya untuk mempertahankan tradisi warisan keluarganya.
Selain Wadi, perajin tutus lain di Desa Tanjungsari, yakni Daklan (50) Namun, berbeda dengan Wadi yang menjadikan tutus sebagai usaha utamanya, Daklan membuat dan menjual tutus hanya sebagai sampingan. Sedangkan pekerjaan utamanya adalah sopir.
“Kalau buat saya, jualan tutus tuh buat sampingan saja. Saya lebih sering nyupir, paling bikin tutus pas ada pesanan saya,” katanya. (**)