Slawi  

Romantisme Tradisi Tidak Bisa Dibeli dengan Modernisasi

Ki Haryo menilai, ketika konten saru atau kasar bisa diolah, itu pun seharusnya yang tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hati orang lain.

“Kalau Abah Enthus, saru atau kasar bisa diterima, perjuangan serta kisah-kisah abah Enthus di belakang itu masyarakat sudah tahu semua. Abah dengan gaya bahasanya, saat itu benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dalam pemerintahannya saat itu, zamannya berbeda mas,” tandasnya.

Perjuangan Ki Enthus, menurut Ki Haryo juga sempat pernah dicekal. Namun dengan argumentasinya bisa diterima oleh masyarakat, karena saat itu masyarakat membutuhkan gaya pakeliran Ki Enthus yang kasar seperti itu.

BACA JUGA :  Cegah Karhutla, Perhutani Larang Warga Bakar Seresah di Hutan

“Kasarnya abah Enthus itu in-konteks dan argumentatif,” ujarnya.

Haryo mengungkapkan, para konten kreator yang sedang viral perlu memperhatikan pelajaran dari seorang Ki Enthus Susmono, yaitu orang Tegal harus memiliki rasa persaudaraan yang kuat.

“Harus memiliki ikatan batin yang kuat, sehingga sejelek-jeleknya teman kita sendiri masih bisa dilumrahkan, bahkan kita menyelamatkan agar mereka tidak salah lagi. Romantisme tradisi tidak bisa dibeli dengan Modernisasi,” tegasnya. (T05_Red)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

error: