”Jika kamu ikhlas, Allah akan membalas keikhlasan itu beribu-ribu kali lipat,” ungkapnya.
Sementara itu, Mr. John Kaizer menekankan pentingnya decency (keluhuran budi) sebagai nilai universal yang melengkapi agama, bukan sekadar ritual. Ia menceritakan pengalamannya berbisnis dengan Uni Soviet, lalu tersentuh oleh tragedi di Aljazair pada 1990 ketika delapan biarawan Trappist dibunuh. Peristiwa itu membuatnya merenungkan hubungan persahabatan dengan para biarawan dan mengagumi ketulusan hidup mereka. Dari sanalah ia terdorong mendalami bahasa Prancis dan kemudian mengenal sosok Emir Abdelkader, yang semakin memperkuat pandangannya tentang spiritualitas, kemanusiaan, dan pentingnya persatuan global lintas agama.
”Akhlak yang luhur adalah milik semua manusia. Baik Muslim, Yahudi, maupun Nasrani, semua harus menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Itulah yang memperkuat peradaban,” ujarnya.
Ia juga memuji semangat Tazakka dalam menggemakan nilai rahmatan lil ‘alamin, serta menyebut hubungannya dengan Prof Arafat sebagai wujud nyata prinsip ta‘āwanu ‘ala al-birri wa al-taqwā. Sementara itu, Pimpinan Pondok Moder Tazakka KH Anang Rikza Masyhadi menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas kehadiran Prof Muhammad Bashar Arafat dan Mr John Kaizer. Dirinya menekankan perlunya menyiapkan global citizen dengan standar akademik yang mumpuni serta penguasaan bahasa asing, terutama menghadapi era geo-ekonomi baru yang akan bergeser ke Timur.
”Kami berharap, tahun depan santri Tazakka dapat mengikuti short course selama sebulan di Amerika, guna memperluas cakrawala berpikir dan menumbuhkan motivasi untuk melanjutkan studi hingga ke Eropa,” ujarnya. (**)