Budaya  

Sejarah Makam Dawa di Dukuhsalam Tegal, Bersemayam Syech Abdurrahman dan Istri

“Gelar syekh, biasanya disematkan pada seorang ulama dengan keilmuan agama Islam yang tinggi, mulai dari perilaku, perbuatan, dan sikapnya,” katanya.

Abdurrahman diartikan sebagai hamba Tuhan yang Maha Pengasih. Konsep nama ini berbasis pada Hadits Riwayat Muslim yang menerangkan bahwa : ”Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.”

Sejarah situs Kethu Agung, disandingkan dengan cerita masyarakat tradisi yang menyatakan bahwa Situs Candi Iwil-iwil di Kedu Agung atau Duagung. Masyarakat melafalkan menjadi Kethu Agung. Kethu Agung adalah istri dari Syekh Abdurrahman yang dalam konteks simbol berarti beliau adalah pasangan Ar Rahman, yaitu Ar Rahim.

“Ar Rahim adalah penyayang sekaligus simbol feminisme karena Rahim menempati Gua Garba yang hanya ada pada seorang perempuan. Inilah yang lalu menjadi kadi agung atau patron yang mengatur tatanan sosial masyarakatnya,” terangnya.
Dari beberapa petanda tersebut dapatlah diambil kesimpulan bahwa Situs Makam Sawa adalah situs keramat yang sudah ada sejak era kewalian sekitar abad-15.

BACA JUGA :  Melihat Museum Purbakala Bumiayu, Ada Apa Saja?

“Di tempat tersebut dimakamkan seorang ulama yang mengajarkan kasih sayang. Ajaran ini agar dengan kasih sayangnya tersebut masyarakat Dukuhsalam bisa menjadi masyarakat yang mampu mewadahi atau ngemong budaya apapun. Baik budaya yang datang ke Desa Dukuhsalam dari segara atau maritim (karang) maupun gunung atau agraris (asem),“ ujar TPH. (T05_Red)

error: