Sejarah Sunan Amangkurat 1 di Tegalarum Dibelokan

Tidak Pernah Bersekutu dengan Belanda

SLAWI, smpantura – Sejak ratusan tahun lalu, sejarah Sunan Amangkurat 1, Raja Mataram Islam ke-4 yang dimakamkan di Tegalarum Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, dibelokan oleh para penjajah Belanda. Tidak lain, pembelokan sejarah itu untuk mengadu domba orang pribumi agar tidak bisa bersatu dalam mengusir penjajah saat itu.

Sayangnya, pembelokan sejarah putra mahkota Raja Mataram Islam, Sultan Agung Hanyakrakusuma ini, masih menjadi konsumen publik. Bahkan, di dunia maya lebih banyak kisah yang menyudutkan Sunan Amangkurat 1 yang bernama lahir Raden Mas Sayyidin. Putra Sultan Agung Hanyakrakusuma, penguasa Kerajaan Mataram Islam, yang lahir pada tahun 1619 dari permaisuri keduanya, Raden Ayu Wetan. Dia adalah cicit dari Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Islam.

Juru Kunci Makam Sunan Amangkurat 1, Mas Ngabei Irham menceritakan, Sunan Amangkurat Agung bertahta tahun 1646-1677 sebagai Raja Mataram Islam ke-4. Pemerintah Sunan Amangkurat 1 goyah saat adanya pemberontakan Trunojo dan anak Sunan Amangkurat 1, Amangkurat Amral atau Raden Mas Rahmat. Pemberontakan itu dipicu hasutan dari Pangeran Pasingsingan dari Jawa Barat.

Hasutan itu membuat Trunojo dan Amangkurat Amral atau yang bergelar Amangkurat II menyerang Keraton Pleret. Namun, Sunan Amangkurat 1 lebih memilih meninggalkan tahta untuk menghindari perang saudara, karena diketahui Trunojo merupakan menantu dari Sunan Amangkurat 1.

“Dalam pemberontakan itu, Amangkurat Amral tahu tujuan Trunojo yang menginginkan tahta Raja Mataram. Akhirnya, Amangkurat Amral kembali ke ayahnya,” kata Mas Ngabei Irham saat ditemui, Jumat Kliwon (23/5/2025).

Usai turun tahta, lanjut dia, Sunan Amangkurat 1 pergi ke makam ayahnya, Sultan Agung di Imogiri Bantul Yogyakarta. Setelah berziarah, Sunan Amangkurat 1 pergi ke barat untuk berziarah ke makam gurunya, Ki Lembah Manah atau Syech Samsudin di Tegal. Namun, dalam perjalannya jatuh sakit, karena usianya sudah sepuh. Sunan Amangkurat 1 wafat di wilayah Winduaji, Ajibarang, Kabupaten Banyumas.

BACA JUGA :  Cara Unik Orang Jawa Menghindari Hujan Saat Perjalanan

Saat sebelum meninggal, Sunan Amangkurat 1 berpesan untuk disemayamkan di tanah yang berbau wangi dekat dengan makam gurunya, Ki Lembah Manah. Dalam pencariannya, Amangkurat Amral beserta Adipati Martoloyo menemukan gundukan tanah yang berbau harum yang saat ini dinamakan Tegalarum di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.

Sementara itu, makam Ki Lembah Manah berada di belakang masjid Pesarean atau tidak jauh dengan komplek Makam Amangkurat 1. Dalam pencariannya, Amangkurat Amral menemukan gundukan tanah yang berbau harum yang saat ini dinamakan Tegalarum di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.

“Jadi Sunan Amangkurat 1 ke barat untuk ziarah ke makam gurunya, Ki Lembah Manah. Tapi, dibelokan ke barat untuk mencari dukungan dari Belanda atau VOC. Ini yang harus diluruskan,” beber Mas Ngabei Irham di komplek Makam Sunan Amangkurat 1.

Mas Ngabei Irham juga menyampaikan pembelokan sejarah itu, bisa dilihat dari cerita Adipati Martoloyo yang merupakan orang kepercayaan yang paling setia dengan Sunan Amangkurat 1. Dalam cerita, Adipati Martoloyo perang tanding dengan Adipati Anta Puro di Gili Tugel Kota Tegal. Perang itu juga hasil hasutan Belanda yang ingin menyingkirkan pengaruh Adipati Martoloyo di wilayah Pantai Utara Jawa.

Dengan kejadian itu, Mas Ngabei Irham menyimpulkan bahwa Adipati Martoloyo yang merupakan orang paling setia dengan Sunan Amangkurat 1, anti terhadap Belanda.

“Sejarah membelokan Sunan Amangkurat 1 bersekutu dengan Belanda, padahal Adipati Martoloyo benci dengan Belanda. Ini tidak singkron,” katanya. **

error: