Usai turun tahta, lanjut dia, Sunan Amangkurat 1 pergi ke makam ayahnya, Sultan Agung di Imogiri Bantul Yogyakarta. Setelah berziarah, Sunan Amangkurat 1 pergi ke barat untuk berziarah ke makam gurunya, Ki Lembah Manah atau Syech Samsudin di Tegal. Namun, dalam perjalannya jatuh sakit, karena usianya sudah sepuh. Sunan Amangkurat 1 wafat di wilayah Winduaji, Ajibarang, Kabupaten Banyumas.
Saat sebelum meninggal, Sunan Amangkurat 1 berpesan untuk disemayamkan di tanah yang berbau wangi dekat dengan makam gurunya, Ki Lembah Manah. Dalam pencariannya, Amangkurat Amral beserta Adipati Martoloyo menemukan gundukan tanah yang berbau harum yang saat ini dinamakan Tegalarum di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.
Sementara itu, makam Ki Lembah Manah berada di belakang masjid Pesarean atau tidak jauh dengan komplek Makam Amangkurat 1. Dalam pencariannya, Amangkurat Amral menemukan gundukan tanah yang berbau harum yang saat ini dinamakan Tegalarum di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.
“Jadi Sunan Amangkurat 1 ke barat untuk ziarah ke makam gurunya, Ki Lembah Manah. Tapi, dibelokan ke barat untuk mencari dukungan dari Belanda atau VOC. Ini yang harus diluruskan,” beber Mas Ngabei Irham di komplek Makam Sunan Amangkurat 1.
Mas Ngabei Irham juga menyampaikan pembelokan sejarah itu, bisa dilihat dari cerita Adipati Martoloyo yang merupakan orang kepercayaan yang paling setia dengan Sunan Amangkurat 1. Dalam cerita, Adipati Martoloyo perang tanding dengan Adipati Anta Puro di Gili Tugel Kota Tegal. Perang itu juga hasil hasutan Belanda yang ingin menyingkirkan pengaruh Adipati Martoloyo di wilayah Pantai Utara Jawa.