TEGAL, smpantura – Sekretaris Daerah Kota Tegal, Agus Dwi Sulistyantono, mendukung proyek perubahan Gerakan Pembedayaan Forum Anak Tegal Bahari (Gardan Fantri) yang digagas Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP2PA) Kota Tegal, Rofiqoh.
Dukungan itu dituangkan dalam pembentukan Surat Keputusan (SK) Sekda terkait Tim Garda Fantri, yang dilakukan di Ruang Rapat Sekda Kota Tegal, Selasa (11/6).
Dikatakan Agus, Gardan Fantri merupakan langkah strategis yang sangat bagus, karena saat ini perhatian pemerintah ditekankan untuk menciptakan generasi masa depan Indonesia, dalam menyongsong Generasi Emas 2045 yang diselaraskan dengan bonus demografi 2030.
Agus menilai, kapasitas dan peran Fantri harus ditingkatkan, sehingga para anak-anak dapat berkontribusi lebih bagus dan kuat dalam proses pembangunan.
“Kita mengajak seluruh komponen masyarakat untuk bisa terlibat dalam pembagunan. Pada akhirnya, Fantri menjadi bagian salah satu masyarakat yang memberi peran strategis bagi pembangunan di Kota Tegal,” tegasnya.
Selain itu, Gardan Fantri diharapkan dapat membantu Kota Tegal, dalam meraih perdikat kota layak anak (KLA) Utama. Sebab, selama tiga tahun berturut-turut (2021, 2022, 2023) Kota Tegal, telah meraih KLA kategori Nindya.
Kepala DPPKBP2PA Kota Tegal, Rofiqoh menjelaskan, program perubahan berjudul ‘Gardan Fantri Strategi Menuju Kota Layak Anak’, berfokus pada pemberdayaan anak-anak yang tergabung dalam forum di Kota Bahari.
Isu strategis yang diangkat dalam proper tersebut, Rofiqoh ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan anak-anak dalam menyampaikan ide atau gagasan untuk rencana pembangunan daerah.
“Tidak dipungkiri, masih banyak anak-anak yang belum bisa atau minder dalam menyampaikan gagasan saat dilibatkan dalam rencana pembangunan daerah,” jelasnya.
Kendala-kendala yang dihadapi anak-anak, akan dipecah bersama-sama Tim Gardan Fantri, yang telah dibuatkan SK Sekda. Langkah utama yang ditempuh yakni melakukan skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan kuisioner kekuatan dan kelemahan.
“Kami gunakan strength and difficulties questionnaire (SDQ) dengan 25 pertanyaan, yang terdiri dari tiga jawaban, seperti tidak benar, agak benar dan selalu benar,” kata Rofiqoh.
Setelah didapatkan hasil boderline, tim kemudian melakukan penanganan sederhana melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas, dengan melibatkan petugas kesehatan jiwa yang nantinya diarahkan ke psikolog, guru BK dan guru agama, untuk memberikan bimbingan.
“Kita juga akan menyelenggarakan Focus Group Discussion bersama psikolog untuk guru BK dan agama,” pungkasnya.
Dari kesemuanya, Rofiqoh akan melakukan milestone atau tolok ukur jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Salah satu milestone jangka menengah yakni akan dilangsungkan workshop pada 25 Juni 2024 yang juga memberikan pelatihan kesehatan mental kepada anak-anak.
“Harapannya, anak-anak kita ini bisa menyampaikan ide dan gagasan, memberikan sumbangsih kepada pembangunan khususnya Kota Tegal,” tegasnya. (T03_Red)