“Tidak dipungkiri, masih banyak anak-anak yang belum bisa atau minder dalam menyampaikan gagasan saat dilibatkan dalam rencana pembangunan daerah,” jelasnya.
Kendala-kendala yang dihadapi anak-anak, akan dipecah bersama-sama Tim Gardan Fantri, yang telah dibuatkan SK Sekda. Langkah utama yang ditempuh yakni melakukan skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan kuisioner kekuatan dan kelemahan.
“Kami gunakan strength and difficulties questionnaire (SDQ) dengan 25 pertanyaan, yang terdiri dari tiga jawaban, seperti tidak benar, agak benar dan selalu benar,” kata Rofiqoh.
Setelah didapatkan hasil boderline, tim kemudian melakukan penanganan sederhana melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas, dengan melibatkan petugas kesehatan jiwa yang nantinya diarahkan ke psikolog, guru BK dan guru agama, untuk memberikan bimbingan.
“Kita juga akan menyelenggarakan Focus Group Discussion bersama psikolog untuk guru BK dan agama,” pungkasnya.
Dari kesemuanya, Rofiqoh akan melakukan milestone atau tolok ukur jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Salah satu milestone jangka menengah yakni akan dilangsungkan workshop pada 25 Juni 2024 yang juga memberikan pelatihan kesehatan mental kepada anak-anak.
“Harapannya, anak-anak kita ini bisa menyampaikan ide dan gagasan, memberikan sumbangsih kepada pembangunan khususnya Kota Tegal,” tegasnya. (T03_Red)


