“Tapi upaya ini harus tetap dilakukan, tinggal bagaimana perusahaan tempat rekan-rekan pers ini bekerja mau mendisrupsi, mengonvergensi, mengintegrasikan teknologi, platform, hingga bisnis media yang berbeda menjadi satu,” terangnya.
Ia berujar, jika melihat trend dunia pers kedepan, maka bisa diketahui hingga saat ini minat baca ada pada usia muda atau Generasi Z. Yakni, anak muda yang berusia 18-24 tahun yang lahir di era serba digital dan media sosial.
“Mereka rata-rata minat baca pada sajian hiburan, tontonan, bacaan, hingga informasi menarik secara visual yang disajikan dalam platform media sosial yang membuat gaya konsumsi berita masyarakat kian bergeser,” bebernya.
Terlepas dari tantangan disrupsi dunia pers digital atau media massa kita saat ini, kata dia, diharapkan PWI tetap profesional dalam menyajikan produk jurnalistik dengan mengedepankan kode etik. Sebab, hal ini yang menjadi pembeda antaran profesi wartawan dengan pegiat sosial hingga konten kreator bahkan citizen journalism.
“Karena, saya memandang pers adalah jembatan komunikasi informasi yang independen dan turut menjadi akselerator pembangunan, termasuk menjaga iklim demokrasi kita tetap berjalan baik, aman, dan kondusif,” katanya. (T05_Red)


