BATANG, smpantura – World Cleanup Day (WCD) atau hari aksi bersih-bersih yang dilaksanakan serentak di 191 negara di dunia dengan tujuan menyatukan umat manusia dari berbagai budaya, agama, suku dan ras. Kegiatan itu untuk membersihkan dunia dari permasalahan sampah, sasarannya seluruh masyarakat Indonesia, baik individu, komunitas, stakeholder, perusahaan dan lainnya.
Itu pula yang mendorong Septiani Punti Dewi (31) warga Desa Kalimangis, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang terpanggil untuk peduli sampah. Tidak tanggung-tanggung Srikandi Alas Roban itu berkat kepeduliannya terhadap sampah dipercya mendduki jabatan sebagai Sekjen WCD Indonesia.
“Latar belakang bergabung dengan WCD ketika melihat tempat main saya sewaktu kecil yang dulunya asri bersih sekarang sudah kotor sampah. Seperti sungai yang dulu bersih segar yang biasa digunakan mandi sekarang banyak sampah,”ujar Septi saat wawancara disela-sela menunggui ayahnya yang sedang sakit di RS QIM, Rabu (15/2).
Dia menuturkan, ironisnya orang orang seakan akan menaklumi sungai yang koror penuh sampah. Bahkan dengan gampangnya ada yang membuang sampah ke sungai atau pinggir jalan tanpa adanya rasa bersalah atau memikirkan akibat perbuatannya.
Mulai bergabung di tahun 2018 sebagai leader WCD Kabupaten Batang. Tahun 2019 diberi kesempatan untuk mewakili Prov Jateng ( Jateng sebagai provinsi dengan jumlah relawan terbanyak se Indonesia) mengikuti Leader Academy Asia dan Oceania, yang dihadiri oleh leader seluruh Indonesia dan leader se Asia dan Oceania.
Sasaran kegiatan WCD pada awalnya 2018-2019 kegiatan <I>cleanup<P> atau bersih sampah secara serentak yang dilakukan di setiap minggu ketiga bulan September.Kegiatan itu meningkat dengan adanya aktivitas pilah sampah dari rumah dan pengelolaan sampah
Harapan ke depan semoga makin banyak orang yang sadar akan tanggung jawabnya terhadap lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan plastik, memilah sampahnya dari rumah dan mampu mengelola sampah organik yang dihasilkan sehingga dapat bermanfaat, dengan perubahan perilaku yang peduli dan ramah lingkungan nantinya anak cucu kita masih bisa menikmati alam dan menghirup udara yang bersih, bukan hanya dari cerita nenek moyangnya semata
“Kebanggaan bagi saya, karena Batang merupakan salah satu kabupaten terbaik yang melaksanakan kegiatan WCD. Itu semua dengan dukungan penuh waktu itu surat dikeluarkan oleh Sekda (Alm) Nasikhin. Almarhum saat itu terjun langsung dalam kegiatan cleanup di pantai bersama dengan WCD, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan teman-teman komunitas di Kab Batang.
Septi sekolah diawali di SD Kalimanggis, SMP 1 dan SMA 1 Subah. Selanjutnya meraih dua titel sarjana sekaligus SPd dari Fakultas Bahasa Inggris IKIP PGRI dan SSos dari Fakultas Administrasi Negara Universitas Terbuka.
“Tahun 2021 saya ditawari sebagai Sekjen WCD oleh Kak Agustina Iskandar selaku Leader Nasional 2018-2021. Sekarang Leader Nasional dijabat Andi Bahari (2021-2023),”ujar dia yang bertempat tinggal tak jauh dari hutan jati Alas Roban itu.
Dia berharap ke depan semoga semakin banyak orang yang sadar akan tanggung jawabnya terhadap lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Mengurangi penggunaan plastik, memilah sampahnya dari rumah dan mampu mengelola sampah organik, sehingga dapat bermanfaat.
“Dengan perubahan perilaku yang peduli dan ramah lingkungan nantinya anak cucu kita masih bisa menikmati alam dan menghirup udara yang bersih. Bukan hanya dari cerita nenek moyangnya semata,”ujarnya.
Septi mengingatkan engan beralihnya Batang dari wilayah agraris seiring keberadaan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB0 di Kecamatan Gringsing dan Batang Industrial Park (BIP) di Tulis dan Bandar, dia meminta agar ada penguatan dulu kesadaran masyarakatnya tentang lingkungan. Dengan semakin banyaknya pabrik dan industri tentu akan berdampak pada lingkungan dan sampah juga maka penting sekali. “Kesadaran masyarakat untuk lebih <I>aware<P> terhadap lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Edukasi masyarakat sangat perlu,” ujar dia yang full konsentrasi di WCD.
Diharapkan setiap desa mampu mengelola sampahnya masing-masing sehingga bisa zero Tempat Penampungan Akhir (TPA) sampah.Apalagi TPA Randukuning Batang sudah overload.
“Jadi sampah itu tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja tetapi tanggung jawab kita bersama untuk lebih bijak dalam mengelola sampah. Sehingga tidak banyak sampah yang dibuang ke TPA,”tuturnya. (P02-Red)