“Untuk kantor ukuran 5 x 5 meter tinggi 6 meter, sedangkan paling atas sekaligus untuk gardu pandang ukuran 8 x 8 meter. Juga kami lengkapi dengan jam raksasa, seperti di Makkah Royal Clock Tower di Tanah Suci atau Jam Gadang di Bukittinggi, Sumatera Barat. Sedangkan untuk naik menggunakan lift,” ujar bapak tiga anak itu.
Dia menuturkan, pembangunan kantor pelayanan desa itu, sekaligus untuk menjadikan Sembung sebagai Desa Wisata. Karena, untuk menaiki anjungan, nantinya akan ditarik retribusi. Pembangunan gedung itu, biayanya dari sumbangan pabrik yang ada di Desa Sembung. Sedangkan warganya menyumabangkan tenaga.
“Di Sembung ada sekitar 20 pabrik, masing-masing setiap bulan ada yang menyumbang Rp 1 Juta-Rp 2,5 Juta.Pembangunannya diperkirakan selesai akhir tahun, untuk menyelesaikan gedung itu, sementara menggunakan dana talangan pribadi. Setelah selesai, dana itu dikembalikan,” tandasnya.
Sejak menjabat sebagai Kepala Desa Sembung, dia merupakan mantan Kepala SD Banyuputih 1, sudah melakukan gebrakan membangun desa. Lapangan di depan balai desa saat ini, sedang disulap menjadi alun-alun dan ruang publik.
Untuk menggantikan sarana olah raga, saat ini sedang dibuat lapangan baru. Jadi nantinya alun-alun itu, menjadi magnet baru bagi Sembung.
Tidak hanya itu, HM Untung juga menghibahkan tanah dan membangun sarana sosial kemasyarakatan. Berupa komplek perkantoran NU, mulai dari Fatayat, Muslimat, TPQ, dan Mushala Sabilultaqwa. Tempat itu, sekaligus digunakan sebagai kantor Ikatan Persaudaraan Haji (IPHI) Kecamatan Banyuputih. Bangunan dilengkapi ka’bah yang sekaligus untuk manasik haji.