BREBES, smpantura – Sembilan warga asal Brebes yang diduga menjadi korban perbudakan akhirnya berhasil dipulangkan Pemkab Brebes. Meski kini sudah berkumpul kembali dengan keluarga, mereka masih menyisakan kisah pilu di perantauan. Niat bekerja untuk mencari nafkah, tetapi malah tidak menerima gaji, hingga terlantar di Ternate Maluku.
Sembilan pekerja itu adalah Herman (Cikakak, Banjarharjo), Ahmad Rodin, Aji Sugondo, Ilham Sutrisno, Ihya Ulumudin, Sugyo (Pakijangan, Bulakamba), Abdul Wirto, Hendra Setiawan (Bangsri, Bulakamba), dan M Dandi (Cipelem, Bulakamba). Dandi pulang terpisah dengan kereta dari Surabaya karena alasan kesehatan. Mereka berhasil pulang ke Brebes, Rabu malam (19/11/25).
Aji Sugono, salah seorang korban menuturkan, awalnya ia di janjikan pekerjaan ringan dengan durasi kerja 4,5 jam per hari, dan upah harian bersih Rp 160.000. Namun setiba di Halmahera Tengah, kondisi yang mereka temui jauh dari kesepakatan awal.
“Kami kerja sampai 12 jam. Biaya keberangkatan kami tanggung sendiri sampai jutaan rupiah. Tinggal di mess dikenai Rp 50.000 per hari,” tuturnya saat ditemui di Kantor Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Dinpenaker) Kabupaten Brebes.
Ia mengungkapkan, mereka harus membayar transportasi hingga ke Surabaya. Sementara perjalanan menuju Halmahera di janjikan akan di fasilitasi perusahaan. Ia bersama rombongan berangkat ke Surabaya pada 3 Oktober 2025. Kemudian, melanjutkan perjalanan menggunakan kapal hingga tiba pada 8 Oktober malam di Maluku. Namun sejak hari pertama bekerja, tidak ada satu pun klaim perusahaan yang terbukti. Bahkan sudah bekerja berminggu-minggu, para pekerja tidak menerima gaji. Hasil kerja mereka justru di potong oleh mandor untuk biaya mess, selimut, hingga biaya perjalanan. Ini membuat sebagian pekerja justru memiliki hutang.


