SLAWI, smpantura – Tradisi Jawa sarat akan makna dan filosofi. Salah satu tradisi Jawa yang masih tetap bertahan, yakni slametan atau kenduri. Masyarakat Jawa hampir setiap acara yang berbau rasa syukur, akan menggelar acara slametan, baik slametan rumah baru, slametan Bayu lahir, slametan pernikahan, slametan pembangunan jembatan, dan masih banyak lagi.
Kali ini, slametan yang dilakukan warga Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, yakni slametan pembangunan jembatan di RW 1. Bukan hal besar, tapi rasa syukur masyarakat akan dibangunnya jembatan menjadi tradisi yang harus tetap dilestarikan. Mereka berharap kepada Alloh SWT agar pembangunan jembatan berjalan lancar dan aman.
Slametan pembangunan jembatan di RW 1 Desa Kabunan, digelar di jalan menuju pembangunan jembatan. Mereka menggelar alas tikar memanjang yang diikuti puluhan warga. Ada belasan tumpeng yang disediakan untuk disantap bersama-sama. Slametan itu dihadiri Anggota DPRD Kabupaten Tegal dari Fraksi PDI Perjuangan, Agung Yudhi Kurniawan yang juga warga Kabunan. Selain itu, Kepala Desa (Kades) Kabunan, Istiqomah Nur Rachmawati dan sejumlah perangkat desa lainnya.
Kades Kabunan yang akrab disapa Mba Iis itu mengatakan, pembangunan jembatan di RW 1 merupakan hasil aspirasi dari Anggota DPRD Kabupaten Tegal, Agung Yudhi Kurniawan atau yang akrab disapa AYK. Jembatan itu merupakan jembatan penghubung pusat Pemerintahan Desa Kabunan dengan Dukuh Karang Wareng. Kondisi jembatan sangat memprihatinkan, karena jembatan terbuat dari batang pohon kelapa. Namun, pada beberapa waktu lalu, jembatan itu ambruk karena termakan usia. Padahal, jembatan yang terletak di RW 1 ini, merupakan akses utama masyarakat Dukuh Karang Wareng dan juga sebagian wilayah Pedagangan.
“Selama ini, akses warga Karang Wareng memutar melalui jalan raya Slawi-Jatibarang,” katanya.
Dikatakan, pedukuhan yang dihuni sekitar 100 KK itu, akan dibangun jembatan dengan lebar 3,5 meter dengan panjang 7 meter. Jembatan baru itu bisa memperlancar akses distribusi barang, baik untuk kegiatan pembangunan dan usaha ban bekas. Bahkan, akses pendidikan, pertanian dan usaha masyarakat juga lebih mudah.
“Kami berharap ekonomi tumbuh dan berkembang dengan adanya jembatan ini,” katanya.
AYK yang juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Tegal itu, mengaku miris dengan kondisi jembatan tersebut. Ia mengusulkan ke Pemkab Tegal untuk pembangunan jembatan di RW 1, dan alhasil tahun ini bisa dilaksanakan.
“Kami berharap bisa bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Selain jembatan di RW 1, tambah dia, Pemkab Tegal juga mengalokasikan anggaran untuk pembangunan jembatan di RW 4 yang melintasi Sungai Cilereng. Jembatan saat ini sangat sempit hanya lebar kurang dari 2 meter. Warga kesulitan untuk mengangkut material dan hasil pertanian. Biasanya, material warga harus dilangsir dengan tosa dan kendaraan kecil lainnya. Oleh karena itu, jembatan penghubung tersebut dibangun agar akses warga lebih mudah.
“Jembatan lama ada pilar di tengah, dan saat curah hujan tinggi, maka sampah menumpuk di tengah jembatan. Akhirnya, air meluap ke rumah warga,” terangnya.
Konsep jembatan baru, kata dia, tidak memiliki pilar di tengah dengan lebar 4 meter dan panjang 12 meter. Jika jembatan itu telah selesai, maka akses material warga bisa langsung menuju pedukuhan sebelah barat Sungai Cilereng. Bahkan, perekonomian juga semakin meningkat mengingat banyak hasil pertanian dan kerajinan juga berada di dukuh tersebut.
“Jembatan ini juga akan segera dibangun bulan ini,” pungkasnya. (**)