Diceritakan, siswa yang sedang berhalangan karena haid, juga melakukan hal yang kurang baik. Bekas pembalut dibuang ke jurang yang disinyalir membuat mahluk di lokasi itu, marah. Namun, dengan didoakan membuat mahluk tersebut bisa keluar dari tubuh siswa itu.
“Kami sempat berembug dan memutuskan untuk pelaksanaan kemah yang seharusnya tiga hari, dipersingkat menjadi 1 hari. Kondisinya mengkhawatirkan barangkali terjadi kesurupan massal,” kata pria berpenampilan rapih itu.
Kegiatan terus berlangsung hingga menjelang sore hari. Para peserta bersiap-siap meninggalkan lokasi perkemahan. Saat pulang ke sekolah dan masuk di areal perkampungan warga, tiba-tiba bambu yang diikat di mobil, menyambar kabel listrik. Ada tiga kabel listrik yang patah dan mobil tetap melaju tanpa berhenti.
“Saat kejadian itu, muncul nenek-nenek yang marah-marah dan mengatakan tidak sopan dan tidak memiliki tata Krama. Saya sempat minta mobil berhenti, tapi tetap melaju,” ujar Kiswanto.
Tiba di SMP Tanjung pukul 17.00 WIB. Para siswa dan pembina Pramuka turun dari mobi dan mengemasi barang-barang bawannya. Tak berselang lama, puluhan siswi yang berjumlah lebih dari 10 orang, kerasukan massal. Hanya menyisakan satu siswa yang tidak kesurupan. Mereka berteriak dan menangis histeris. Siswa yang sebelumnya dirasuki Nyai Ronggeng, juga kesurupan kembali.
Agar tidak menimbulkan kekacauan lebih meluas, siswi yang kesurupan di satukan dalam satu ruangan. Berbagai cara dilakukan untuk menyembuhkan para siswi dengan mengundang ustad dan kiai. Keluar masuk mahluk ke tubuh para siswi, berlangsung hingga pukul 22.00 WIB. Setelah semuanya sembuh dari kesurupan, akhirnya diminta pulang kerumah masing-masing.