Stok Solar di TPI Tanjungsari Hingga Akhir Ramadan Aman

PEMALANG, smpantura – Stok solar bersubsidi untuk nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjungsari, Kabupaten Pemalang hingga akhir bulan ramadan aman atau tercukupi. Bahkan tidak hanya sampai akhir bulan ramadan tetapi stok solar untuk nelayan triwulan pertama cukup terpenuhi.

“Kebutuhan solar untuk nelayan hingga akhir bulan Maret atau akhir bulan ramadan dipastikan tercukupi. Penjualan selama bulan ramadan bisa dikatakan rame, dimana rata rata penjualan hingga 7000 liter/ hari,” ujar Kepala Solar Pocket Dealer Nelayan (SPDN) Tanjungsari, Pemalang, Ahmad Tibroni, Senin (10/3).

Ia mengatakan, meskipun saat ini bulan puasa atau bulan ramadan, aktifitas nelayan cukup normal dibandingkan bulan sebelumnya. Hal tersebut disebabkan kondisi cuaca cukup kondusif, sehingga para nelayan berbondong bondong mencari ikan. Para nelayan cukup lama beristirahat saat terjadi angin kencang dan gelombang tinggi beberapa waktu lalu. Hal itu berpengaruh pada penjualan solar di SPDN Tanjungsari Pemalang, meskipun aktifitas normal dan penjualan solar rame, tetapi stoknya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan nelayan.

“Saat ini kondisi cuaca sudah cukup bagus dan bisa dikatakan normal, sehingga nelayan sudah beraktifitas melaut. Namun kendala yang dihadapi para nelayan yaitu usai terjadi gelombang besar dan cuaca ekstrem beberapa waktu lalu, terjadi pendangkalan di muara sungai Tanjungsari,” ujar Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Pemalang, Abul Hasan, dalam berita sebelumnya.

BACA JUGA :  Alfamart Siap Gratiskan Produk UMKM Pemalang

Ia mengatakan, kendala utama yang dihadapi para nelayan sekarang ini yaitu masih terjadi pendangkalan sungai dan muara. Dengan kondisi sungai dan muara dangkal otomatis menjadikan kapal tidak bisa masuk ke dalam tempat tambat labuh. Begitu pula saat keluar maupun masuk sudah mereka mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu lama untuk bisa keluar ke laut ataupun sebaliknya. Cuaca sudah normal,seharusnya kalau tidam terkendala muara hasil tangkapan maksimal.
Karna kendala di pendangkalan akhirnya menjadikan faktor keterlambatan kapal menuju posisi ikan yang akan dijaring.

“Kejadian muara dangkal itu tergolong sering karena tingginya sedimentasi pasir laut. Dalam satu tahun bisa terjadi dua kali pengerukan. Dampak dari pendangkalan muara banyak kapal-kapal besar tidak bisa melaut, ditambah cuaca sejak tiga bulan terakhir ini sangat buruk, meskipun sekarang sudah normal,” tandasnya.

Salah seorang nelayan, Kasman, mengalami kesulitan ketika hendak masuk ke dermaga TPI melalui pintu muara yang mengalami dangkal. Setiap hendak melaut atau pulang dari laut harus mencari dasar muara yang bisa dilewati kapal. Kapal sering kandas terperosok ke dalam lumpur. Saat ini pintu muara yang masih bisa dilewati lebih kurang hanya selebar tiga meter. Sedangkan lebar muara sekitar 17 meter. **

error: