“Keluarga Keraton Kasunanan Solo setiap jamasan membersihkan kuku dan rambut beliau, karena masih tumbuh,” terang Mas Ngabei Irham.
Cerita itu tidak satu dua orang yang tahu, namun banyak yang mengetahui kesaktian Sunan Amangkurat 1. Namun, pada saat itu tidak semua orang bisa masuk. Hanya keluarga Sunan Amangkurat 1 yang bisa berziarah. Mas Ngabei Irham menceritakan, kondisi itu berlangsung sejak wafat hingga tahun 1945. Atas saran Menteri Agama saat itu, jasad Sunan Amangkurat 1 ditidurkan dan di atasnya ditaruh kaca. Jadi, walaupun sudah ditidurkan, namun masih bisa dilihat.
“Pada tahun 1960, jasad Sunan Amangkurat 1 disempurnakan dengan dikubur secara Islam,” jelasnya.
Mas Ngabei Irham menjelaskan, di media sosial sudah banyak meluruskan sejarah Sunan Amangkurat 1. Ia menilai bahwa saatnya kebangkitan orang Jawa, karena Jawa memiliki leluhur yang luar biasa. Termasuk, Pujangga Ronggo Warsito yang telah meluruskan sejarah Sunan Amangkurat 1. Bahkan, Hammah Miftah selaku Wakil Bupati Tegal tahun 2004-2009 juga telah menyusun buku tentang Sunan Amangkurat 1. Sayangnya, saat ini buka tersebut sulit didapatkan.
“Jangan melupakan sejarah dan jeli tidak mudah termakan dengan media. Telusuri dulu sumbernya dan jangan hanya baca, datang ke lokasi agar tahu pastinya,” ujarnya.
Mas Ngabei Irham menilai generasi muda harus tahu sejarah kerajaan di Jawa. Hal itu sebagai bahan belajar, karena zaman kerajaan juga sudah maju dari sisi pembangunan, ekonomi dan lainnya. Ia juga menyarankan agar masyarakat hidup berdampingan dengan tradisi dan budaya leluhur. Masyarakat harus memahami bahwa selain manusia juga ada mahluk gaib.


