“Selain warga lokal, peziara ada yang berasal dari Cirebon dan Banyumas. Rata-rata mereka ziarah karena mimpi Syeh Abdul Fatah,” ujar Idrus yang juga kader Ansor itu.
Menurut dia, pemerintah desa bersama pemuda serta warga sekitar telah berupa pembuatan pendopo di lokasi makam, dan melakukan penataan di makam Kramat tersebut sejak 2012. Hal itu dimaksudkan agar masyarakat peduli dengan makam penyebar agama Islam ini. Terutama, untuk generasi muda yang harus sadar akan budaya asli masyarakat Jawa.
“Dulu ada peninggalan batu tempat duduk dan tempat sholat. Namun, saat ini sudah tidak ada,” katanya.
Tak hanya itu, lanjut dia, di lokasi makam juga terdapat telaga yang terdapat mata air dan dua pohon besar. Namun, saat ini tertimbun areal persawahan dan pohon juga sudah roboh. Oleh karena itu, pedukuhan itu dinamakan Tlaga Jaya. Di Desa Mokaha juga banyak makam-makam wali, yakni Kiai Adas, Puspa Jaya, dan Mangun Jaya. Namun, makam-makam itu belum dirawat.
“Mokaha itu katanya asal kata dari Mekah. Di lokasi makam Mbah Fatah katanya ada pesantren gaib. Santrinya sangat banyak dan tiap sore habis ashar, Mbah Fatah selalu ngajar santri-santrinya,” ujar Idris. **