Slawi  

Terancam Puso, 450 Hektare Tanaman Padi di Kabupaten Tegal Kekeringan

BUKA PINTU AIR : Anggota DPR RI, Dewi Aryani, bersama sejumlah petani dan dinas terkait smembuka pintu air Waduk Cacaban di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, baru-baru ini.

SLAWI, smpantura –  Sedikitnya 450 hektare tanaman padi di Kabupaten Tegal mengalami kekeringam sejak beberapa pekan lalu. Kondisi itu berdampak pada tanaman padi yang gagal panen.

“Kami mengandalkan pasokan air dari Waduk Cacaban. Sementara waduk itu debitnya turun drastis. Wilayah yang dialiri air Waduk Cacaban yakni Kecamatan Kedungbanteng, Pangkah, Tarub, Suradadi dan Kramat,” kata Anggota Kelompok Tani Desa Karangmalang, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Waras Sugiarto (53), baru-baru ini.

Waras mengatakan, sejak 23 Agustus 2023, aliran air untuk lahan pertanian terpaksa harus berbagi dengan wilayah lain. Praktis, tanaman padi di sekitar Kecamatan Kedungbanteng, Pangkah hingga Suradadi terancam puso.

“Total ada sekitar 450 hektare lahan pertanian yang terancam puso. Mulai dari Karangmalang, Tonggara hingga Harjosari,” terangnya.

Waras mengeluh, sejak sepekan terakhir, lahannya yang ditanami padi kekurangan air. Hal itu lantaran tidak ada suplai air dari Waduk Cacaban. Para petani bingung harus mencari air kemana.

“Pintu waduk ditutup pada 23 Agustus. Kami kesulitan karena tidak ada sumber air lain lagi,” ucapnya.

Sementara itu, Anggota DPR RI Dewi Aryani yang mendapatkan keluhan dari para petani menuturkan,manajemen pertanian di Kabupaten Tegal itu lebih banyak mengandalkan sumber air dari waduk yang ada.

BACA JUGA :  BKPSDM Gelar Pelatihan Kompetensi, Pj Bupati Tegal Tekankan Profesional Dalam Pengembangan Karir PNS

“Sedangkan sementara ini, modifikasi pertanian sudah banyak, kalau menunggu air dari waduk itu masih pertanian model konvensional,” kata Dewi.

Untuk itu, Dewi menghendaki, Dinas Pertanian harus bisa memberikan edukasi untuk menambah ilmu manajemen pertanian.

“Dinas harus bisa melakukan riset, riset itu penting,” cerusnya.

Dewi juga menyarankan kepada Pemkab Tegal agar APBD jangan diprioritaskan untuk hibah dan bansos. Dirinya tak menampik, hibah dan bansos memang penting. Namun, skala prioritasnya harus diutamakan.

“Salah satunya riset bagaimana manajemen pertanian agar ketergantungan dengan air tidak selalu jadi sebab atau musibah yang berkelanjutan,” tegas Dewi.

Menurut Dewi, petani juga harus diberikan pemahaman. Bahwa pertanian tidak hanya menanam padi, masih banyak pertanian lain yang juga menghasilkan dari segi ekonomi.

“Mereka bisa menanam jagung, palawija, karena ketahanan pangan tidak melulu nasi. Jadi perlu edukasi,” tandasnya.

Usai berdialog dengan petani, Dewi Aryani langsung menghubungi Kepala BBWS Pemali-Juana sebagai pengelola Waduk Cacaban. Dialog via video call terjadi kesepakatan penambahan air 1000 liter perdetik untuk pertanian selama 2 minggu ke depan.

“Alhamdulillah petani tetap bisa panen dan 450 hektare sawah terselamatkan,” pungkusnya. (T05_Red)

error: