Mata wanto langsung terbelalak, bulu kuduknya langsung berdiri, karena Wanto melihat muka pria itu hancur dengan bola mata yang hilang, sambil memperlihatkan kakinya yang putus dengan berlumuran darah. Melihat itu, wanto langsung bertiak, dan lari sekuat tenaga menuju pemukiman penduduk.
Setelah sekian lama berlari dan sudah jauh dari rel kereta api, wanto melihat ada beberapa warga yang tengah duduk dan menghampirinya. Kejadian yang dialami ini, diceritakan ke warga yang ditemui dan mereka ternyata kenal dengan Wanto. Setelah menceritakan kejadian horror yang dialami, Wanto akhirnya tahu, jika sehari sebelum pulang ada kecelakaan maut, dan pria yang ditemui di rel kerata api itu merupakan perwujudan dari para korban kecelakaan maut itu.
Teror korban kecelakaan kereta api ini, juga dialami Hardi, warga lainnya di kampung Pak IRIN. Ia mengalami teror setelah lima hari kecelakaan terjadi. Hardi yang juga merantau di Jakarta malam itu pulang kampung. Lagi-lagi dialami saat akan menyeberang rel kereta api. Hardi mendengar suara rintihan sangat jelas ditelinganya, saat mencoba mencari sumber suara, ternyata tidak ada seorang pun. Bulu kuduk Hardi mendadak merinding, saat suara rintihan itu berubah menjadi bau busuk yang menyengat. Ia pun langsung buru buru meninggalkan perlintasan kerata api. Setelah kejadian yang dialami diceritakan ke keluarganya, Hardi baru tahu jika di kampungnya sedang mengalami teror hantu korban kecelakaan kereta api.
Hampir setiap malam, warga kampung mengalami teror tersebut, baik penampangan secara langsung atau hanya suara rintihan minta tolong. Bahkan, teror ini berlangsung selama 40 hari. Pak Irin juga melihat ada sesajen ditempatkan di lokasi kejadian kecelakaan, mungkin itu dilakukan agar arwah para korban bisa tenang. Setelahnya, teror korban kecelakaan ini mulai berhenti, dan warga berangsung Kembali beraktivitas saat malam hari.