Tradisi Mengantarkan Haji Sudah Ada Sejak Jaman Kolonial

SMPANTURA – Ibadah haji merupakan salah satu ibadah istimewa, karena hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang mampu. Umat Islam yakin bahwa mereka yang pergi berhaji adalah orang yang diundang Allah SWT.

Mengantarkan calon jemaah haji merupakan hal yang tak kalah istimewa. Masyarakat dari berbagai daerah telah menjadikan kegiatan ini sebagai bagian dari tradisi saat menjelang musim haji.

Tradisi ini juga dilakukan masyarakat Kabupaten Tegal. Tak hanya oleh kalangan keluarga, kerabat dan tetangga pun turut mengantar baik dari mushala, masjid hingga di kantor bupati tempat biasanya jemaah haji dilepas untuk diberangkatkan ke Asrama Haji Donohudan, Boyolali. Para jemaah dilepas dengan pelukan dan tangisan haru.

Selain mendoakan, orang-orang yang mengantar haji ini berharap mendapat karomah agar kelak ikut menjadi tamu Allah SWT selanjutnya yang diundang ke Baitullah.

Tradisi mengantar jemaah haji ini ternyata sudah menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan sejak masa kolonial.

BACA JUGA :  Darto Menyulap Telor Asin Menjadi Kerupuk, Inovasi yang Diburu Pembeli

Pelepasan dan perpisahan antara calon jemaah haji dengan orang sekampungnya tak lepas dari lamanya perjalanan haji pada masa itu. Dahulu perjalanan haji yang ditempuh menggunakan jalur laut bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Namun, saat ini perjalanan haji ditempuh menggunakan pesawat terbang sehingga lebih singkat. Ibadah haji biasanya menghabiskan waktu 40 hari.

Sebelum berangkat, biasanya calon jemaah haji biasanya akan menggelar walimatus safar atau selamatan menjelang keberangkatan ke Tanah Suci.

Sepekan menjelang berangkat, kalangan keluarga kerabat dan tetangga datang untuk mendoakan. Terkadang ada yang membawa bingkisan atau makanan.

Saat hari pemberangkatan, para jemaah haji ini akan didoakan tetangga yang berkumpul di mushala atau masjid.

Selanjutnya akan diadakan pengajian rutin sesuai hari yang disepakati di rumah masing- masing jemaah. **

error: