Tren Penjualan Kambing Untuk Kurban Turun

SLAWI, smpantura – Penjualan kambing atau domba untuk kurban pada Idul Adha 1445 H mengalami penurunan dibanding dengan tahun lalu.

Salah satu peternak domba di Kabupaten Tegal, Agus Prasetyo (47) menuturkan, menurunnya penjualan kambing atau domba pada Idul Adha tahun ini, karena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang sapi sudah tidak ada, sehingga konsumen lebih banyak memilih ternak sapi untuk kurban.

“Tren penjualan kambing atau domba mengalami penurunan. Konsumen lebih memilih sapi, karena wabah PMK (penyakit mulut dan kuku) sudah tidak ada,” jelas pemilik Peternakan Domba Bos ini saat ditemui di peternakanannya di Jalan Merapi, Desa Jatimulya, Kecamatan Lebaksiu, Sabtu (8/6).

“Dibanding Idul Adha tahun lalu, kurang satu bulan Idul Adha sudah banyak permintaan. Saat ini baru sekitar 40 persen domba yang sudah dipesan,” sebutnya.

Menurutnya, permintaan domba mulai berdatangan seminggu ini hingga H+3 Idul Adha atau saat hari tasyrik.

Soal harga, lulusan Fakultas Geografi UGM Yogyakarta tahun 2000 ini menuturkan, domba dipeternakannya ditawarkan mulai Rp 2 juta sampai Rp 3 juta, sesuai dengan berat ternak. Sedikitnya ada 130 ekor domba jenis lokal, dumer dan cross texel yang siap dijual.

Untuk pembeli dikatakan berasal dari Kabupaten Tegal dan sekitarnya. Dia memperkirakan, penjualan domba akan meningkat H-7 sampai H+3 Idul Adha. Domba yang sudah dipesan konsumen akan diantar ke pemesan pada saat H-1 Idul Adha.

BACA JUGA :  Makin Tinggi, Banjir di Bantarkawung Masuk Ke Permukiman Warga Sigempol

“Biasanya H+3 Idul Adha  atau hari tasyrik masih ada yang membeli,” katanya.

Agus menyebutkan, peternakan yang dirintisnya sejak 2021 atau saat pandemi Covid-19  ini fokus ke pembibitan (breeding). Selain memasok domba untuk keperluan kurban atau aqiqah, peternakannya juga memasok domba untuk warung makan sate kambing muda.

Domba yang dijual untuk sate kambing muda berusia lima sampai tujuh bulan dengan berat 15 kilogram sampai 20 kilogram.

Dia menuturkan, dia meristis peternakanan tersebut  dengan bermodal 45 ekor kambing. Peternakan berdiri diatas lahan milik desa seluas dua hektar. Di peternakan yang menggunakan sistem terintegrasi antara ternak dan tanaman ini.

Di lahan seluas dua hekta itu ditanami aneka tanaman hijauan, seperti rumput pakchong, odot, rumput lapang, indigo vera ,kaliandra dan gandum.

Agus mengungkapkan, dia fokus ke pembibitan karena tidak ingin domba lokal punah. Dengan minimnya peternak pembibitan, saat ini hampir 90 persen kebutuhan daging kambing muda dipasok dari luar daerah.

“Hampir 90 persen kebutuhan cempe di sini dipasok dari luar daerah, di antaranya dari  Temanggung, Magelang, Purworejo, Cilacap , Blitar, Kediri dan Medan,” sebutnya. (T04-Red)

error: