Kokurikuler merupakan kegiatan pembelajaran di luar jam pembelajaran di dalam kelas, yang bertujuan untuk meningkatkan, memperdalam, dan memperluas kompetensi serta menguatkan karakter murid. Hal ini sejalan konsep Pembelajaran mendalam oleh Kemendikdasmen bahwa pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tidak hanya melibatkan olah pikir saja, tetapi juga olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan berkesinambungan. Sehingga kokurikuler bertujuan untuk menguatkan karakter murid supaya menjadi pribadi yang utuh dan tangguh.
Dalam Panduan Kokurikuler yang dirilis oleh Kemendikdasmen Tahun 2025, setidaknya ada 3 cara dalam pelaksanaan kokurikuler di sekolah, yaitu : (1) lintas disiplin mata pelajaran; (2) Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat; (3) cara lainnya sesuai dengan program unggulan sekolah.
Pelaksanaan Kokurikuler di SMA Negeri 1 Slawi menggunakan G7KAIH yang diawali dengan identifikasi permasalahan dalam Rapor Pendidikan Tahun 2025.
Hasil Rapor Pendidikan SMA Negeri 1 Slawi pada tahun 2025 menunjukkan bahwa hampir semua indikator sudah berwarna hijau yang berarti baik, namun ternyata jika dianalisis lebih mendalam maka terdapat satu indikator yang mengalami penurunan cukup signifikan, yaitu indikator karakter yang menurun 11,51 dari Tahun 2024. Skor indikator karakter SMA Negeri 1 Slawi pada tahun 2025 adalah 67,8 sehingga pelaksanaan kokurikuler yang pertama ini berfokus pada penguatan karakter yang menggunakan G7KAIH.
Setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata sub indikator yang perlu peningkatan adalah sub indikator Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Gotong Royong, Kreativitas, Nalar Kritis, Kebhinekaan Global, dan Kemandirian. Sehingga kokurikuler di SMA Negeri 1 Slawi menggunakan cara G7KAIH, dimana hal ini senada dengan intervensi program pemerintah bahwa seluruh sekolah diwajibkan mengimplementasikan G7KAIH. Kokurikuler ini diberi tagline “VIRAL KAIH” karena hasil akhir kokurikuler ini adalah murid membuat flyer edukasi digital tentang G7KAIH yang telah dilaksanakan di sekolah lalu diupload pada sosial media masing-masing sebagai upaya pengejawantahan program pemerintah.


