Dan kita menduga akan mendapat jawaban heroik dan patriotik, “Untuk membangun kota dan sejahterakan rakyat warga kota Tegal”. Bagaimana caranya?
Nah, pertanyaan lanjutan ini yang menarik kita bahas dari bab nalar, the power of reasoning.
Ali Madanipour menulis buku Designing the City of Reason. Tentang bagaimana evolusi pemikiran kolektif manusia yang membentuk kota-kota huniannya sepanjang zaman.
Dua unsur ‘reason’, cause and motive : keseimbangan antara sebab akibat dan motif.
Sebuah desain, apalagi desain kota, tentu didasari hubungan sebab-akibat antara wadah dan yang diwadahi, antara manusia dan lingkungannya.
Keseimbangan ini menjadi terganggu (atau bahkan rusak), ketika ‘motive‘ lebih mendominasi perancangan/ perencanaan sebuah kota. Dalam hal ini pertanyaan
“Untuk apa Anda ingin jadi wali kota?” pada awal tulisan menjadi relevan.
Nalar/ reason/ mantiq adalah kapasitas untuk mengatasi keruwetan, mengurainya menjadi simpul simpul kecil yang mudah diurai, membentuk kembali dengan cerdas, kemudian mengendalikan keruwetan.
Nalar adalah urusan intuisi dan kalkulasi manusia untuk mengambil keputusan, keseimbangan antara apa yang diyakini dan apa yang dilakukan kata Ali Madanipour.
Pendek kata, nalar menjadi ukuran seorang Walikota mampu mengurai dan rampungkan masalah kota yang dipimpinnya.
Melalui bukunya yang berjudul Designing the City of Reason, Ali Madanipour seperti ingin mengatakan bahwa nalar manusia adalah landasan dan kerangka kerja dalam merancang dan membangun sebuah kota.
Pada awalnya mungkin kota bertumbuh dari komunitas kecil di tepi sungai atau di pelabuhan pantai di mana manusia saling berkunjung, datang dan pergi karena berbagai alasan dan keperluan.