TEGAL, smpantura – Pada Jumat (13/12), wilayah RT 01 hingga RT 05/ RW 03 Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, berubah menjadi lautan. Tidak ada satupun daratan yang terlihat, saat air pasang atau rob melanda wilayah tersebut.
Sekitar 700 kartu keluarga (KK) yang menetap, nampaknya telah terbiasa dengan bencana rob. Meski begitu, mereka meminta kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal untuk bisa melakukan penanganan konkrit terhadap bencana rob yang sudah menahun.
Ketua RW 03 Nurochim menyebut, mulanya bencana itu melanda RW 03 Kelurahan Muarareja pada tahun 2017 silam. Pada saat itu, RW 03 menjadi daerah terdampak rob perdana dan terparah sepanjang masa. Sebab, air pasang yang terjadi bersamaan dengan fenomena tingginya air laut karena musim Angin Timur.
“Sejak saat itu, warga semakin terbiasa dan sekarang ini mungkin sudah bersahabat dengan banjir rob. Bayangkan saja, 2017 sampai 2024 kami selalu dihantui rob. Tapi pada akhirnya kami hanya bisa pasrah dan bersahabat dengan alam,” ujarnya.
Nurochim mengemukakan, pada 2024 banjir rob terjadi hampir di setiap bulan, baik di awal maupun pertengahan. Bahkan fenomena baru muncul di akhir tahun atau bulan Desember. Banjir rob yang biasanya tidak terjadi di bulan Januari-Oktober, justru ada dan kembali menghantui warga di bulan Desember. Ketinggian banjir juga bervariasi, mulai dari 50 hingga 60 sentimeter.
Diakui Nurochim, banjir rob terparah biasanya melanda RT 01, 02, 04 dan RT 05. Bahkan, tidak sedikit rumah warga tergenang banjir hingga masuk ke dalam. Beberapa warga yang mampu, mengantisipasi dengan menaikkan struktur bangunan rumah mereka.
“Bagi yang penghasilannya pas-pasan ya hanya pasrah saja. Paling diantisipasi dengan memasang tanggul. Karena memang mayoritas warga di sini merupakan nelayan,” katanya.
Nurochim mengemukakan, sejak 2017-2024 belum ada penanganan khusus terhadap banjir rob di Kelurahan Muarareja. Untuk itu, pihaknya meminta kepada Pemkot Tegal untuk bisa melakukan penanganan konkrit. Termasuk memberikan bantuan kepada warga yang terdampak.
“Selama menjadi korban banjir rob, belum ada bantuan khusus. Paling ada hanya bantuan sosial seperti PKH dan sejenisnya. Dengan kepemimpinan wali kota baru, semoga ada penanganan khusus untuk rob,” harapnya.
Tokoh masyarakat nelayan, Riswanto mengatakan, banjir rob merupakan salah satu fenomena bencana banjir yang kerap melanda di pesisir utara Kota Tegal dan terjadi pada pemukiman setiap tahun.
Bencana itu memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat pesisir yang bermukim di pinggir laut. Sebab, banyak sarana dan prasarana masyarakat yang rusak hingga mengakibatkan pencemaran lingkungan serta penyakit.
Menurut Riswanto, berbagai upaya sudah banyak disampaikan oleh masyarakat melalui berbagai forum pertemuan komunikasi untuk mencari solusinya. Namun, Pemkot Tegal belum mampu menyelesaikan permasalahan banjir rob secara kongkrit.
“Alasan banyak kendala dan keterbatasan anggaran serta tumpang tindih kewenangan pemerintah daerah dan pusat yang pada akhirnya masyarakat terdampak terpaksa pasrah dengan menerima keadaan,” pungkasnya. **