2. Tradisi Ngasah Gandoang
Tradisi Ngasa Gandoang merupakan tradisi masyarakat sunda di tanah Jawa yang sudah berlangsung dari zaman dahulu. Di Kabupaten Brebes, masyarakat yang melaksanakan tradisi ini adalah warga Desa Gandoang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes.
Keberadaan Ngasa Gandoang terdeteksi lewat Manuskrip Gunung Sagara yang ditulis Bupati Brebes Arya Tjandranegara. Catatan ini ditulis ulang oleh Karel Frederick Hole antara tahun 1825 – 1896. Holle merupakan seorang pengusaha perkebunan teh di Garut yang diangkat jadi penasehat Hindia Belanda.
Dalam tradisi ini, para petani berdo’a agar panennya melimpah dan pedagang laris manis dagangannya. Pengaruh ajaran Hindu masih dijumpai dalam ritualnya. Terlihat dari Ritual Micen walaupun tidak begitu kental. Masyarakat melakukan puasa sebelum pelaksanaan Ngasa, menyediakan kudapan Papais Jagong, Nasi Jagung dan Nasi Ketan.
Tradisi Ngasa Gandoang melibatkan arak-arakan makanan dan hasil bumi dari warga menuju Gunung Sagara, sebagai bagian dari ritual syukuran.
3. Tradisi Padusan Tuk Suci
Warga Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, masih melestarikan tradisi Padusan atau mandi bersama hingga saat ini. Tradisi ini digelar setiap menjelang bulan suci Ramadhan dan berlangsung di mata air Tuk Sirah Pemali.
Padusan dilakukan masyarakat Winduaji baik perorangan ataupun berkelompok. Sebelum Padusan dimulai mereka menyiapkan dulu keperluan untuk mandi. Yaitu, dengan membakar jerami atau merang untuk keramas. Selain jerami juga ada satu lagi gerusan batu bata atau genting untuk menggosok gigi.
Walaupun sekarang sudah banyak sampo dan pasta gigi, namun pada saat Padusan kedua bahan tersebut masih digunakan sebagai penghormatan pada tradisi. Tuk Sirah Pemali sebagai tempat melaksanakan tradisi ini, juga sebagai destinasi wisata yang menarik, dan mempesona.