TEGAL, smpantura – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud Ristek, bekerja sama dengan Komisi X DPR RI, menggelar Pembinaan Komunitas Penggerak Literasi tahun 2023 di Kota Tegal, Senin (21/8).
Pembinaan tersebut menjadi salah satu upaya untuk membenahi literasi di Indonesia, yang masih rendah di mata dunia.
Mengacu hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), dari 79 negara, Indonesia berada di peringkat 74.
Sementara itu, berdasarkan riset UNESCO, Indonesia masih menempatkan urutan ke-60 dari 61 negara terkait literasi dunia.
“Ini harus menjadi introspeksi kita. Mungkin tidak perlu apologi atau apa. Tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di daerah, kita bisa menggaungkan Trigatra Bangun Bahasa,” ungkap Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, saat membuka kegiatan pembinaan di Hotel Bahari Inn, Kota Tegal.
Artinya, lanjut Fikri Faqih, seluruh komponen masyarakat, termasuk Komunitas Penggerak Literasi, dapat mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing.
Namun, bisa saja karena edukasi terhadap literasi serta tingkat baca atau literasi rendah, sehingga yang menonjol justru hal negatif.
Hal itu tidak terlepas dari gempuran teknologi informasi (TI), seperti misalnya perilaku-perilaku bullying atau mungkin hate speech atau kata-kata memaki.
“Kita justru lebih terkenal dengan yang negatif. Untuk itu, pelaku atau pegiat literasi (tidak hanya diri sendiri, tetapi masyarakat), baik di Jakarta maupun daerah, ada kesadaran untuk bersama-sama meningkatkan literasi,” pungkasnya.
Fikri Faqih yang juga Ketua Panitia Kerja (Panja) Peningkatan Literasi dan Tenaga Perpustakaan, berharap akan ada rekomendasi yang bagus, terutama dari kegiatan-kegiatan seperti Pembinaan Komunitas Penggerak Literasi.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Syarifuddin memaparkan, pembinaan komunitas penggerak literasi merupakan penguatan literasi di Jawa Tengah.
Kepada wartawan, Syarifuddin mengaku mencoba membangun ekosistem, terutama kepada para pemuda agar menjadikan literasi sebagai tradisi.
“Harapannya agar tetap bersambung dan penguatan-penguatannya itu bisa dirasakan dalam menyongsong Indonesia Emas di tahun 2045,” tegasnya. (T03-Red)