Disesatkan Lelembut Jalingkut Brebes

KISAH mistis ini, dialami oleh seorang Lebe di sebuah daerah di Kabupaten Brebes. Sebut saja namanya Lebe Oman. Sudah puluhan tahun, Kang Oman ini menjadi Lebe, dan mendapat tugas di daerah pesisir pantai utara Brebes.

Kisah nyata ini, dialami Lebe Oman sekitar tahun 2018 silam. Kala itu, di wilayah Brebes, tengah dibangun sebuah jalan baru, yang melintasi wilayah pesisir utara, yang saat ini dikenal dengan sebutan Jalan Lingkar Utara atau Jalingkut.

Di tahun 2018, Jalingkut masih dalam pengerjaan. Kondisinya sudah berbentuk jalan yang lebar, tetapi masih lapisan tanah, dan belum sebagus seperti sekarang ini. Kalau malam hari, kala itu keadaannya masih gelap gulita, dan tidak ada orang yang berani melintas.

Bagi masyarakat pesisir Brebes, pasti tahu kondisi Jalingkut saat itu. Meski baru berupa tanah, masyarakat sudah menggunakan untuk menuju lahan pertanian atau tambak. Ya, jalingkut ini, selain melintasi lahan persawahan, juga membelah lahan tambak warga di beberapa desa.

Di suatu hari, di tahun 2018, Lebe Oman bersama penghulu mendapat tugas untuk menikahkan warga di enam lokasi. Mereka berdua berangkat dengan berboncengan sepeda motor Honda Beat. Lebe Oman dipercaya untuk memengang kemudi motor. Keduanya berangkat siang hari, sesuai jadwal yang diberikan kantornya. Tugas pertama, Lebe Oman menikahkan warga di Desa Kalikamal berjarak sekitar 10 kilometer dari pusat kota Brebes. Setelah selesai, kemudian bergeser di lokasi berikut yang berbeda desa.

Hingga pukul 20.00 WIB, tugas Lebe Oman dengan atasannya ini belum juga selesai. Bahkan, masih ada 2 titik tersisa. Mereka pun bergerak ke lokasi keempat untuk menikahkan warga di Dukuh Sigempol Desa Randusanga Kulon. Prosesi akad nikah yang dipimpin atasan Lebe Oman, berjalan lancar. Setelah berbincang bincang dengan empunya hajat, Lebe Oman pamit, saat itu jam di tangan menunjukan pukul 22.00 WIB.

Seperti sudah menjadi tradisi pernikahan, Lebe Oman bersama penghulu juga mendapatkan bingkisan dari tuan hajat. Kalau di daerah Lebe Oman, disebut Berkat. Nah, lantaran masih dua tempat lagi yang akan dituju, Lebe Oman pun berniat menaruh berkat itu ke kantornya, yang jaraknya tidak jauh, dan hanya lurus ke arah selatan, dengan waktu tempuh sekitar 15 menit.

Setelah selesai pamit kepada tuan hajat, Lebe Oman bersama penghulu menuju ke kantornya. Untuk ke sana, bisa menempuh dua jalur. Lantara memburu waktu, Lebe Oman memilih jalur pintas melalui area tambak dan persawahan. Mereka pun melajukan sepeda motornya melalui jalan yang berlubang. Jalan itu, biasa digunakan warga untuk ke tambak dan sawah. Bisa juha tembus ke pusat kota. Bahkan, kalau saat ini bisa tembus ke gedung pemerintahan setempat.

Sambil berbincang bincang, Lebe Oman menyusuri jalan desa. Setelah menemukan pertigaan, sepeda motor dibelokkan ke kanan, menyusuri jalan pintas tersebut. Selepas rumah warga yang terakhir berbatasan area tambak, keadaannya gelap dan hanya lampu sepeda motor Lebe Oman yang menjadi penerangan. Mereka terus melajukan motornya, dan tanpa disadari sudah setengah jam mereka menaiki sepeda motor, tetapi tak kunjung sampai.

Ditengah areal persawahan, Lebe Oman menghentikan motornya.
“Pak, ni bener jalannya? Kok ndak sampai sampainya. Bentuknya juga beda?,” tanya Lebe Oman ke Penghulu, sambil merasa aneh
“Wah, ni salah jalan be. Mending putar balik,” ucap penghulu.

Tak berpikir panjang, Lebe Oman pun memutar balik motornya, dan melanjutkan perjalanan. Sambil kembali berbincang keduanya menyusuri jalan yang gelap. Namun tak berselang lama, Lebe Oman tersentak kaget, karena mereka kembali ke pertigaan Dukuh Sigempol.
“Lah pak, kok kita sampai sini lagi,” kata Lebe Oman ke Penghulu.
“Iya be, kok sampainya sini lagi. Kalau ke sana kan rumah yang punya hajat,” Timpal Penghulu sambil menujukan arah.
“Tadi kamu belok tidak, be,” tanya penghulu.
“Ndak, pak,” sahut Lebe Oman.
“Ya udah balik lagi be, berarti tadi betul itu jalannya. Kayaknya tadi sebentar lagi mau sampai berempatan Jalingkut. Kalau sudah sampai situ tinggal lurus,” jelas penghulu.

BACA JUGA :  Seperti Rogo Sukma Hingga Bisa Melihat Tubuh Sendiri

Lebe oman akhirnya menuruti perintah atasannya ini, untuk putar balik, ke jalan yang tadi. Sepeda motornya kembali dipacu menyusuri tambak dan sawah warga. Tak berselang lama, keduanya sampai di perempatan Jalingkut yang jalannya masih tanah. Ditempat itu, Lebe Oman menghentikan sepeda motor, karena merasa aneh dan kebingungan. Di sekelilingnya gelap, hanya dikejauhan terliat lampu lampu.

“Pak kok saya merasa aneh, dan bingung di sini. Kita kearah mana ni?,” Tanya Lebe Oman ke Penghulu.
“Ke sana (sambil menujuk arah), itu disana ada lampu-lampu yang terang, berarti itu kota,” jawab Penghulu.
“Apa iya pak? Apa bukan ke arah sana (sambil menunjuk arah), di sana juga ada lampu-lampu dan nyalanya lebih terang,” timpal Lebe Oman.

Di tempat ini, keduanya sempat berlibat persedebatan untuk menentukan arah. Bahkan, sekitar 5 menit mereka adu argumentasi. Namun mereka akhirnya sepakat untuk mengambil arah yang ditunjuk Lebe Oman. Sepeda motor honda beat pun kembali dipacu menyusuri jalan yang berlubang dan bergelombang. Lebe Oman tak merasa aneh, karena yakin jalan yanv dilalui kali ini benar. Begitu juga atasanya. Mereka terus melaju motornya, dengan kondisi kanan kiri jalan yang gelap.

Setelah sekian lama menyusuri jalan, keduanya terbelalak kaget, karena kembali sampai di pertigaan Dukuh Sigempol.
“Pak, kok sampainya disini lagi. Wah, ada yang ndsk beres ini pak,” kata Lebe Oman, yang mulai sadar kalau dirinya lagi disesatkan, sehingga berputar putar di jalan yang sama.
“Iya, be,” sahut Penghulu.
“Berhenti dulu be, kita atur nafas duluh. Ini sih sudah ndak beres,” sambung Penghulu.

Dalam istirahatnya itu, Lebe Oman merasa aneh dan merinding, karena tidak ada satu pun warga yang melintas untuk ditanya arah. Namun Lebe Oman tetap berpikir positif, mungkin kondisinya sudah larut malam, sehingga tidak ada warga yang melintas. Padahal pada kondisi normal, pertigaan itu termasuk ramai
“Be, kita ambil jalan satunya saja. Itu juga jalur utama, meski jalannya agak memutar,” kata Penghulu.
“Iya betul pak, kalau lewat jalan tadi, bisa bisa sampainya subuh,” sahut Lebe Oman.

Keduanya pun kembali melanjutkan perjalanan, tetapi melalui jalan berbeda. Singkat cerita, setelah melalui jalan utama itu, mereka tidak mengalami hal hal aneh lagi. Mereka akhirnya sampai di kanror yang dituju. Setelah beberapa saat istirahat di Kantor, mereka kembali meanjutkan tugasnya di dua titik. Titik terakhir berada di Kelurahan Pasar Batang.

Keesokan harinya, Lebe Oman menceritakan ke teman sesama Lebe. Dari masukan temen-temennya itu, Lebe Oman tersentak kaget, karena di jalan yang dilaluinya semalam, ternyata banyak warga yang disasarkan. Dari cerita temen itu, insiden yang dialami Lebe Oman karena sedang disesatkan lelembut Jalingkut. **

Berita Lainnya di PUSKAPIK.COM:

Loading RSS Feed

error: