SLAWI, smpantura – Kebocoran penerimaan retribusi di Obyek Wisata Air Panas Guci, Kabupaten Tegal telah diminimalisir dengan penerapan tiket elektronik (e-tiketing). Namun demikian, metode ini untuk dimaksimalkan, sehingga penerimaan retribusi bisa lebih maksimal.
Hal itu diungkapkan Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal, H Aziz Fauzan SH MH, Minggu (2/2). Ia mengatakan, Komisi IV telah melakukan kunjungan lapangan di obyek wisata yang menjadi icon Kabupaten Tegal, beberapa waktu lalu. Ia mengapreasi upaya Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) yang telah menerapkan sistem e-tiketing. Akan tetapi, penerapan itu minta dimaksimalkan.
“Walaupun sudah dengan e-tiketing, tapi masih terkesan manual karena masih menggunakan karcis sobek,” katanya.
Politisi PKB itu menuturkan, banyak cara untuk mengurangi potensi kebocoran penerima retribusi di pariwisata. Termasuk, banyaknya aplikasi canggih yang bisa digunakan untuk mempermudah pengunjung dan petugas loket masuk wisata. Akan tetapi, digitalisasi pariwisata diawali dari mainset para petugas untuk beralih dari yang manual ke digital.
“Kalau alat bisa disiasati, tapi mindset merubah dari manual ke digital harus ditanamkan terlebih dahulu,” ujar anggota DPRD yang akrab disapa H Ozan itu.
Dijelaskan, pembinaan untuk melek teknologi dan peningkatan kapasitas petugas pariwisata harus terus dilakukan. Mentalitas petugas harus dibenahi agar taat terhadap aturan dan selalu menjalankan metode e-tiketing. Ia menilai jika mindset petugas telah terbentuk, maka program digitalisasi pariwisata bisa berjalan lancar.
“Memang butuh manajemen pariwisata menyeluruh yang ada di Kabupaten Tegal. Jadi, tidak hanya jualan Guci saja, tapi juga wisata Cacaban, Purin dan wisata-wisata yang dikelola desa,” tegasnya.
Management wisata itu, lanjut dia, meliputi pengelolaan penjualan tiket destinasi wisata mulai dari pemberian rekomendasi, proses booking, sampdestinasiai verifikasi tiket di lokasi destinasi wisata secara langsung. Wisatawan dapat menyusun tripnya sendiri dari satu ke destinasi lainnya dengan rekomendadi berdasarkan keefektifan waktu dan jarak yang diberikan untuk memudahkan wisatawan.
“Jadi pembelian tiket dalam jumlah banyak atau group disertai dengan fitur kode referral untuk menunjang pemberian bonus kepada tour guide. Ini sangat menarik dan sudah banyak wisata yang menerapkan ini,” terangnya.
Ditambahkan, tiket yang digunakan juga sudah menggunakan kode QR atau barcode, sehingga sudah tidak ada lagi karcis sobek. Peralatan yang digunakan bisa menggunakan handphone petugas masing-masing, sehingga mengurangi risiko untuk kerusakan perangkat kantor yang bergantian dengan petugas lainnya. Pengunjung bisa membeli tiket melalui online dan tinggal scanner saat akan masuk ke wisata.
“Kami yakin pelaporan pengunjung tiap hari bisa dipantau, termasuk penerimaan retribusi yang bisa langsung masuk kas daerah,” pungkasnya. **