Kutang Suroso, Jejak Sejarah Bra Legendaris dari Jawa Tengah yang Mulai Langka di Tegal

TEGAL, smpantura – Kutang Suroso, istilah lokal untuk bra yang legendaris di wilayah Jawa Tengah, kini mulai sulit ditemui di Kota Tegal.

Nama ‘Kutang Suroso’ sendiri berasal dari seorang tokoh bernama Bapak Suroso, yang sukses memproduksi dan mempopulerkan bra ini sejak tahun 1960-an di kawasan Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Pada masa kejayaannya, Kutang Suroso menjadi pilihan utama para wanita karena kualitas dan kenyamanannya. Sentra produksi Kutang Suroso saat ini masih bertahan di daerah Juwirig, Klaten, Jawa Tengah, meski gaungnya tak sekuat dulu.

Di Kota Tegal, keberadaan Kutang Suroso semakin langka. Salah satu pedagang pakaian di Blok A Pasar Pagi Tegal, Rizal mengaku pernah menjual Kutang Suroso yang ia ambil secara kiloan dari pedagang besar di Pasar Klewer, Surakarta.

“Kemarin-kemarin masih ada sisa, sekarang sudah habis. Dalam sebulan juga belum tentu ada yang beli,” ungkap Rizal, saat ditemui di tokonya, Minggu (27/4/2025).

BACA JUGA :  Wow, Ada Species Primata Terbesar Gigantophitecus Blacki di Pameran Wanara Seba

Berbeda dengan bra modern yang biasanya menggunakan kode ukuran seperti 32B atau 34C, Kutang Suroso menggunakan penomoran sederhana, yakni nomor empat, lima, enam, tujuh dan delapan.

Dari segi pilihan warna, kutang ini tersedia dalam warna-warna klasik seperti pink, biru, hitam dan cokelat. Harganya pun terjangkau, berkisar antara Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per potong.

Meski kini mulai jarang terlihat di pasaran, Kutang Suroso tetap memiliki tempat tersendiri di hati para pelanggan setianya, terutama generasi yang mengenalnya sejak lama.

Kutang ini bukan hanya sekadar pakaian dalam, tetapi juga bagian dari sejarah industri kecil menengah (IKM) di Jawa Tengah. **

error: