Antar Penumpang Dihadang Kuntilanak & Keranda Terbang

Kisah Horor Penarik Becak Malam (1)

PENARIK becak malam kerap mengalami kejadian horor saat melakukan aktivitasnya. Mereka bahkan sering diganggu mahluk tak kasap mata. Meski demikian, aktivitas ini tetap dilakukan karena sudah menjadi mata pencaharian. Hal ini juga dialami Mas Gugah, pra asal Kota Brebes, Jawa Tengah. Kisah horor ini dialami Mas Gugah di tahun 2007, saat dirinya menjadi penarik becak malam, di Kota Brebes.

Kala itu, Mas Gugah masih sendiri, alias belum berkeluarga. Suatu malam di tahun 2007, Mas Gugah ini tengah melakukan aktivitasnya sebagai penarik becak di Kota Brebes. Malam itu, ia tengah mangkal di depan Kantor Pos Brebes, di tepi jalur pantura Kota Brebes, yang di seberangnya merupakan Alun-alun Kota Brebes.

Beberapa becak juga terparkir di pangkalan depan kantor Pos Brebes. Sekitar pukul 23.00 WIB, dari arah Jakarta melaju sebuah bus dan berhenti tepat di depan pangkalan becak ini. Beberapa penumpang pun turun dari bus. Melihat itu, Mas Gugah langsung berlari mendekat untuk menawarkan jasanya.

Mas Gugah, saat itu berhasil mendapatkan seorang penumpang pria, dan meminta di antar ke Desa Klikiran, Kecamatan Jatibarang, Brebes. Ya, jaraknya dari Alun-alun Brebes ke Desa Klikiran ini sekitar 12 kilometer. Setelah terjadi kesepakatan harga, Mas Gugah pun mengantarkan penumpangnya, menyusuli jalan dan menembus dinginnya malam.

Ia menyusuri ruas jalan Brebes-Jatibarang. Kemudian, melewati Desa Pulosari, Terlanggu, Kedungtukang dan Buaran. Hingga setelah lepas dari Desa Buaran, Mas Gugah berbelok ke kanan mengarah ke Desa Klikiran. Nah, di tahun 2007, kondisi jalan Brebes-Jatibarng, tidak sebagus saat ini dan masih sangat gelap. Hal itu membuat laju becaknya tidak bisa kencang.

Singkat cerita, Mas Gugah sampai di rumah penumpanganya. Setelah mendapat bayaran, Ia pun langsung pamit pulang. Saat itu, waktu menunjukan sekitar pukul 02.00 WIB. Selama perjalanan mengantar penumpangnya ini, memang tidak terjadi hal aneh, semuanya berjalan normal. Namun saat pulang ke Brebes, Mas Gugah mulai merasakan aneh.

Saat becaknya melaju, dan mau melintas di sebuah jembatan di Desa Klikiran, kendaraannya ini saat dikayuh terasa sangat berat. Mas Gugah belum curiga dan masih berpikiran positif. Ia menduga ada masalah di bagian roda kendaraannya. Becaknya pun dihentikan, dan Mas Gugah mengecek bagian roda. Suasana di jalan itu, juga terang karena ada satu lampu penerangan jalan.

“Loh, semuanya baik-baik saja. Ban juga tidak kempis. Tapi, kok berat sekali,” ucap Mas Gugah usai mengecek becaknya.

Mengetahui semuannya tidak ada masalah, Mas Gugah melanjutkan perjalanannnya. Namun, lagi-lagi becak yang dikayuhnya terasa sangat berat. Mas Gugah, mulai sadar jika dirinya sedang dijahili mahluk tak kasap mata. Lantaran emosi, Mas Gugah pun memukul jok penumpang becaknya sambil berucap.

“Kalau mau mengganggu jangan tanggung-tanggung. Kalau mau ikut, ayo ikut nanti sekalian saya antar mau kemana,” ucap Mas Gugah dengan nada emosi.

Bersamaan dengan itu, kemudian pelahan lahan muncul sosok perempuan beramput panjang dengan berpakaian putih, duduk di becaknya. Mas Gugah tahu, jika yang duduk di becaknya itu sosok kuntilanak. Penampakannya sangat menyeramkan, dan anehnya badan sosok ini seperti transparan. Wujud tubuh kuntilanak ini tembus pandang.

Sosok kuntilanak ini, kemudian terbang sambil tertawa. Mas Gugah yang melihat sosok kuntilanak ini terbang, juga ikut lari meninggalkan becaknya karena ketakutan. Namun setelah lari jauh, Mas Gugah binggung karena tidak bertemu satu orang pun. Meski masih ketakutan, akhirnya Mas Gugah ini memberanikan diri kembali ke becaknya, dan ternyata sosok Kuntilanak itu sudah tidak ada.

Mas Gugah kemudian bergegas menarik jok becaknya dan melaju pulang, hingga akhirnya sampai ke rumahnya di Brebes. Mas Gugah baru sadar ketika sampai di rumah, dimana ada kebiasaan para tukang becak, saat becak tidak membawa penumpang di malam hari, maka joknya harus ditarik. Tujuannya agar becak tanpa penumpang ini tidak dinaiki mahluk tak kasap mata yang akan mengganggu.

Usai kejadian ini, Mas Gugah kembali beraktifitas seperti biasa sebagai penarik becak malam. Hampir sekitar dua bulan, aktivitas Mas Gugah berjalan normal. Ia seperti biasa menunggu penumpang di depan Kantor Pos Brebes, di tepi jalur Pantura.

BACA JUGA :  Cerita Mistis Pesugihan Uang Gaib di Tegal Minta Tumbalkan Anggota Keluarga

Di suatu malam, sekitar pukul 24.00 WIB, saat Mas Gugah kembali mangkal menunggu penumpang. Tak lama, ia mendapat penumpang yang baru pulang dari Jakarta, dan minta di antar ke Desa Pemaron, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes. Setelah kesepakatan harga dicapai, mereka pun berangkat. Becaknya dikayuh, menyusuri gelapnya malam. Selama perjalanan mengantar penumpangnya ini, Mas Gugah tidak mengalami hal-hal aneh. Namun saat perjalanan pulang ini, ia mendapat gangguan.

Saat pulang ini, Mas Gugah memilih melalui jalur alternatif melintasi Desa Wangandalem. Jalur alternatif dipilih, karena jalur utama Brebes-Jatibarang sedang mengalami perbaikan dan kondisi rusak parah.

Awal perjalanan pulang, tidak ada kendala apa pun. Namun saat melintas di wilayah Desa Wangandalem dan hendak melintasi pemakaman umum desa setempat, tepatnya di jalan berbelok, Mas Gugah berpapasan dengan seorang kakek yang mengenakan topi petani. Melihat itu, Mas Gugah berhenti dan menyapanya, tetapi tidak dijawab.

“Mbah Mau kemana,” tanya Mas Gugah. Lantaran tidak mendapat jawaban, Mas Gugah kembali bersuara, karena saat itu mendadak merinding.
“Ya udah Mbah, saya mau pulang dulu,” sambung Mas Gugah.

Becak pun kembali dikayuh. Namun tak berselang lama melaju, mendadak di depan ada keranda mayat yang melintang di jalan. Mas Gugah kaget dan menghentikan becaknya. Keranda mayat ini kondisinya lengkap dengan penutup kain hijau, seperti keranda mayat yang akan mengantar jenazah untuk dimakamkan. Lantaran becaknya tak bisa melintas, Mas Gugah kemudian mendekat ke Keranda Mayat. Awalnya, Mas Gugah ini mengira ada warga yang mau mengerjain dirinya. Bahkan, saat mendekat ke Keranda Mayat Mas Gugah ini sempat berteriak.

“Hai, kalau mau ngerjain orang yang bener. Jangan seperti ini, saya lagi cari rezeki,” teriak Mas Gugah.

Saat Jarak semakin dekat, Keranda Mayat ini mendadak terbang. Ketinggiannya sekitar tiga meter dan mengarah masuk ke Tempat Pemakaman Umum yang berada tidak jauh. Dari pandangan mata Mas Gugah, Keranda ini ada isinya sesosok jenazah. Karena saat terbang terlihat di dalam keranda ada bungkusan berbalut kain putih.

Melihat keranda itu terbang, Mas Gugah langsung berisgtifar. “Astagfirlah alladdzim, kok kerandanya terbang,” ucap Mas Gugah, yang langsung berlari meninggalkan becaknya.

Setelah sekian lama berlari, Mas Gugah berpapasan dengan warga setempat dan meminta tolong. Akhirnya, warga ini mau mengantarkan Mas Gugah mengambil becaknya yang ditinggal. Usai itu, Mas Gugah melanjutkan perjalanan pulang ke pangkalan becaknya.

Kejadian dihadang Keranda Mayat ini, kembali dialami Mas Gugah setelah sekian minggu kemudian. Berawal Mas Gugah ini seperti biasa mangkal menunggu penumpang di depan Kantor Pos Brebes. Saat itu sekitar pukul 24.00 WIB, kemudian ada penumpang yang meminta diantarkan ke Desa Pesantunan, Kecamatan Wanasari, Brebes. Dari pangkalan becak Mas Gugah ini, berjarak sekitar 5 kilometer. Mas Gugah pun akhirnya berangkat mengantar penumpangnya, setelah ada kesepakatan ongkos.

Lagi-lagi saat berangkat mengantar penumpang ini, Mas Gugah tidak mengalami gangguan. Namun saat pulang, ia mendapat gangguan aneh. Di saat perjalanan pulang itu, Mas Gugah dikagetkan adanya benda yang memintang di Jalan. Lokasinya tepat di depan Tempat pemakaman umum Desa setempat. Mas Gugah kemudian berhenti dan coba mendekat. Saat semakin dekat, nampak jelas yang melintang di jalan itu adala Keranda Mayat. Mas Gugah mengingat pengalaman sebelumnya di Desa Pemaron, ia kemudian mengucapkan permisi.

“Mbah, permisi izin mau lewat pulang,” ucap Mas Gugah.

Usai itu, mendadak keranda mayat yang melintang langsung bergeser pindah tempat menuju tembok pembatas makan. Kali ini, keranda mayat yang melintang terlihat kosong, dan hanya bergeser, tidak terbang. Melihat Keranda Mayat sudah berpindah, Mas Gugah bergegas melanjutkan perjalanannya pulang. Hingga akhirnya, Mas Gugah sampai rumah. (T07)

error: