“Alhamdulillah ada harapan untuk kembali normal dan ada kemajuan, seperti kaki yang semula lurus kini bengkok,” ungkapnya.
Andi mengaku, belum ada bantuan dari pemerintah untuk membantu pengobatan Cintya. Baik bantuan dari Dinas Sosial (Dinsos) maupun bantuan khusus untuk anak gizi buruk dan stunting.
Untuk pengobatan sendiri, awalnya menggunakan surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari desanya di Kabupaten Brebes. Tetapi kini ia menggunakan BPJS yang dibayarkan menggunakan potongan gajinya sebagai satpam.
“Dari awal saya berkeluarga saya belum pernah mendapat yang namanya bantuan, PKH atau apapun itu. Bahkan sampai dikatakan kategori gizi buruk dan stunting juga tetap tidak ada,” ujarnya.
Andi mengatakan, keluarganya hidup dengan kondisi keuangan yang pas-pasan. Ia bahkan sampai mencari pekerjaan tambahan dengan mengamen untuk menambah pemasukan keuangan.
Anak pertamanya yang seharusnya duduk di kelas VIII di SMP Negeri 1 Wanasari, Kabupaten Brebes, diminta mengundurkan diri oleh pihak sekolah karena menunggak bayar SPP.
Saat ini fokusnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan memberikan susu khusus gizi buruk. (T03-Red)

 
							

