Di ajang internasional itu, kata Maya, mereka juga mengikuti kompetisi tari dan workshop. Prestasi membanggakan pada saat tampil di Kota Sofia Bulgaria. Mereka meraih The Best Choreography saat membawakan Tari Saman, Papua dan Glipang.
Sementara di Turki mereka menyerahkan cendera mata berupa pakaian Sinok Sitong atau pakaian khas Tegal untuk disimpan di museum.
Kesempatan itu,kata Maya, merupakan ajang yang sangat baik untuk mengenalkan kekayaan yang dimiliki Kabupaten Tegal seperti kuliner, produk khas termasuk pariwisata. Sayangnya, niat mereka kurang mendapat respon dari instansi terkait.
“Kalau negara lain membawa brosur tentang daerah atau negaranya, kami tidak ada,”tuturnya.
Diakui Maya, untuk berangkat mengikuti festival folklore ini,mereka mendapat bantuan dana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Dana tersebut untuk keperluan membeli tiket pesawat bagi 15 penari.
Kedatangan para penari di Kota Slawi disambut oleh siswa MTs Terpadu Al Wathoniyah Slawi/Pondok Pesantren Al Wathoniyah dan pengurus Yayasan Marnadi Center, Senin (14/8).
Mereka disambut dengan dan masing-masing mendapat rangkaian bunga. Sementara Ki Waluyo dan istrinya Cahwati yang mengawaki Yayasan Rumah Seni Tegal juga mendapat pengalungan selendang dari Marsinggih Marnadi. Tampak hadir dalam kegiatan itu Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Tegal Imam Joend.
Para penari diminta menceritakan kesan selama mengikuti festival folklore di empat negara. Sambil duduk lesehan para siswa menyimak cerita dan pengalaman duta seni dari Kabupaten Tegal ini.
Ketua Yayasan Marnadi Center, Marco Marnadi mengapresiasi Tim Kesenian dari Yayasan Rumah Seni Tegal yang telah mengharumkan nama Indonesia dan khususnya Kabupaten Tegal di mancanegara. Apalagi Tim dari Kabupaten Tegal meraih The Best Choreography saat tampil di Kota Sofia Bulagaria