Grebeg Sura Pertama di Brebes : Membangkitkan Tradisi dan Sejarah di Ndalem Sastronegaran Paguyangan

BREBES, smpantura– Budayawan muda, KRH Dimas Sastronagoro menyelenggarakan kegiatan Grebeg Sura di Ndalem Sastronegaran Paguyangan, Brebes.

 

 

Acara pada Rabu (10/7) ini merupakan Grebeg Sura pertama di Kabupaten Brebes oleh Prakarsa Garba Mataram (Pagar Mataram). Yaitu sebuah paguyuban abdidalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Reh Pakoenegaran di lereng Gunung Slamet.

 

 

Grebeg Sura dimulai pukul 14:00 dengan ziarah ke makam Raden Warjan bersama puluhan Trah Raden Warjan dari berbagai daerah. Kemudian dilanjutkan Ruwat Sumur Amangkurat.

 

 

Sumur yang menjadi cikal bakal penamaan Paguyangan ini berlokasi di depan SPBU Paguyangan dan merupakan peninggalan sejarah Mataram Islam. Konon, air dari sumur ini untuk mengguyang (menyiram) kuda kuda para pasukan Amangkurat yang kelelahan saat menuju Tegal Arum.

 

 

Puncak acara Grebeg Sura adalah pagelaran wayang kulit, yang diawali dengan penampilan grup hadrah dari Ponpes Al Banna, Kedungbanteng Paguyangan, dan tari Lengger Banyumasan oleh Oemah Gamelan Banyumas.

BACA JUGA :  Pilihan Makanan Bumil Agar Anak Cerdas, Simak Baik-baik!

 

 

Sebelum pementasan wayang dimulai, KRH Dimas Sastronagoro menyerahkan wayang secara simbolik kepada dalang KRHT Anom Sarjono dari Banjarnegara yang membawakan lakon “Wahyu Pakem Makuta Rama”.

 

 

KRH Dimas Sastronagoro menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bentuk syukuran atas peresmian Pendopo Pakoenegoro Ndalem Sastronegaran, yang diresmikan oleh pihak Keraton Surakarta Hadiningrat sebelum pentas seni dimulai.

 

 

“Pendopo ini akan menjadi pusat edukasi seni, budaya, dan sejarah, dibuka untuk umum bagi siapa saja yang ingin belajar. Semoga Grebeg Sura menjadi agenda rutin setiap bulan Sura,” pungkas Dimas Indiana Senja, nama lain dari KRH Dimas Sastronagoro.(T06_Red)

error: