TEGAL, smpantura – Mengabdikan diri untuk kemaslahatan umat, menjadi prinsip yang terus dipegang teguh oleh H Riswanto, tokoh nelayan asal Kota Tegal, yang lahir pada 7 Mei 1980. Anak pertama, dari tiga bersaudara pasangan H Ripin dan Hj Sa’adah, telah malang melintang dalam organisasi, tidak terkecuali organisasi islam, Nahdlatul Ulama (NU).
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Tengah, banyak berkiprah untuk masyarakat nelayan di pesisir Kota Bahari.
Diawali dengan menjabat Ketua DPC HNSI Kota Tegal, selama dua tahun dan Ketua KUD Karya Mina, H Riswanto terus konsisten memberi kontribusi besar dalam segala aspek kehidupan.
Baru-baru ini, pihaknya masih memperjuangkan nasib ribuan nelayan, yang terbentur dengan pengaturan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), pasca produksi yang tertuang dalam PP Nomor 85 Tahun 2021 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Kemurnian empati terhadap kondisi, juga membawa hasil yang maksimal, dalam setiap langkah H Riswanto. Seperti halnya permasalahan nelayan cantrang, yang pada waktu lalu banyak menuai kontroversi.
Melalui gagasan dan perjuangannya bersama para tokoh nelayan lain, nasib ribuan nelayan terselamatkan, dengan munculnya kebijakan peralihan alat tangkap cantrang menjadi jaring tarik berkantong (JTK).
Melalui organisasi Nahdlatul Ulama (NU), H Riswanto yang menjabat Ketua NU Care LAZISNU Kota Tegal, juga getol melakukan kegiatan sosial. Mulai dari penyaluran bantuan kepada korban bencana alam, mendistribusikan air bersih, santunan anak yatim, mentasyarufkan program pendidikan dan program kesehatan, pembagian nasi bungkus rutin setiap hari Jumat, mentasyarufkan zakat dan berbagi takjil di Bulan Ramadan, maupun aksi sosial pada hari-hari besar Islam, hingga penggalangan dana untuk korban bencana alam di berbagai daerah.
“Saya lahir dan banyak belajar dari keadaan di lapangan. Pendidikan formalpun menyesuaikan keadaan keluargaa pada masa itu, jadi haus soal teori ilmu pendidikan, namun bisa belajar dari tantangan. Mengabdikan diri untuk kemaslahatan umat, menjadi prinsip yang masih saya pegang teguh hingga saat ini,” jelas H Riswanto.
Memperingati momen satu abad Nahdlatul Ulama (NU), H Riswanto berharap, NU dapat istikomah dengan tetap menjadi organisasi yang menyebarkan Islam yang ramah, mempertemukan prinsip keislaman dan paham kebangsaan serta membangun nasionalisme. (T03-Red)