dr Sri Primawati yang juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) memahami, bahwa perjalanan panjang profesi bidan mewujudkan generasi unggul menuju Indonesia maju adalah sebuah perjalanan dan upaya yang harus terus dilakukan secara berkesinambungan dan menu tantangan.
“Dapat saya katakan bidan adalah ibu dari seorang ibu. Sebab, dengan pendampingan seorang bidan sejak seorang wanita mulai hamil atau berencana memiliki anak, maka wanita tersebut belajar untuk merawat dirinya dan bayi yang dikandungnya,” tambahnya.
Termasuk, sambung Prima, demikian dia akrab disapa, hingga kemudian bidan siaga memberi layanan persalinan, pelayanan nifas, layanan keluarga berencana dan gizi masyarakat.
Sementara, Ketua Pengurus Cabang (PC) IBI Kota Tegal, Taryuli mengutarakan, 105 bidan honorer di Kota Bahari bertugas selama satu hingga 14 tahun di fasilitas layanan kesehatan, baik rumah sakit hingga puskesmas.
Dirinya berharap, mereka dapat diperjuangkan dan diutamakan saat ada pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
“Sudah banyak mereka makan asam garam dan sudah semestinya diprioritaskan. Jika tidak, mereka harus bersaing dengan fresh graduate yang notabene masih sedikit pengalaman,” terangnya.
Ditambahkan Taryuli, pihaknya menyatakan siap untuk mengawal tujuan tersebut dan berharap peran serta dari pemerintah. Tidak hanya di Kota Tegal saja, melainkan pula perjuangan tersebut juga dilakukan bersama dengan ikatan honorer se-indonesia di tingkat Jawa Tengah dan pusat.
“Kita sudah melakukan advokasi kepada anggota dewan dalam hal ini Komisi 9 DPR RI, agar supaya aspirasi ini diperhatikan. Karena ketika pengalaman sudah banyak tetapi hanya karena sistem penerimaan yang tidak sesuai dengan kondisi, maka mereka tersingkirkan,” tutupnya. (T03-Red)


