SLAWI, smpantura – Pada tahun 2014 silam, seorang warga Desa Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, bernama Dakri menemukan fosil rahang gigi bawah yang menyerupai kera besar.
Fosil yang diperkirakan sejenis gigantopithecus atau kingkong itu, ditemukan di petak 33B lahan milik Perhutani KPH Pemalang. Lokasi itu jaraknya sekitar 2 kilometer dari Museum Semedo.
Untuk melestarikan lokasi temuan tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI bersama sejumlah komunitas menggelar tapak tilas Bukit Semedo, Desa Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Rabu (18/9/2024).
Para komunitas yang terdiri dari Pagar Bumi, Tegal History, Dewan Kebudayaan Daerah Kabupaten Tegal, Dewan Kesenian Kabupaten Tegal, Organisai Kepemudaan serta didampingi 3 orang penemu fosil ini melakukan tapak tilas di bukit tersebut.
Mereka rela berjalan kaki di bawah terik matahari menyusuri bukit hanya untuk melihat secara langsung lokasi penemuan fosil tulang rahang bawah dan gigi geligi primata besar sejenis Gigantopithecus atau kethek raksasa.
“Perjalanannya memang cukup melelahkan. Tapi asyik juga karena kita bisa melihat langsung lokasi penemuan fosil orang hutan yang menyerupai kingkong,” kata Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Tegal, Iman Joend.
Dia menuturkan, tapak tilas ini diikuti sedikitnya 70 orang. Mereka berasal dari berbagai komunitas di Kabupaten Tegal. Tak terkecuali juga didampingi pengelola Museum Semedo yang berasal dari Kemendikbudristek.
“Tadi malam (Selasa malam) kita juga menggelar dialog budaya yang membahas soal temuan fosil kingkong ini. Dan hari ini (Rabu siang) kami menyusuri atau tapak tilas di tempat penemuannya fosil tersebut,” kata Iman.
Humas dan Pemasaran Museum Semedo Muhammad Destriyanto menjelaskan, tujuan tapak tilas ini untuk mengingatkan kembali situs dan fosil yang telah ditemukan di Desa Semedo.
Di tempat tersebut, seorang warga bernama Dakri telah menemukan fosil rahang gigi bawah milik manusia yang menyerupai kera besar pada 2014 lalu. Kera besar ini nama latinnya yakni gigantopithecus blacki. Jika di Amerika, kera besar ini dinamakan bigfoot atau kingkong.
“Fosil kingkong ini merupakan satu-satunya yang ditemukan di Indonesia. Bahkan se Asia Tenggara, baru ditemukan di sini,” kata Destriyanto.
Sebenarnya, lanjut Destri, fosil yang ditemukan di bukit tersebut sangat banyak jenisnya. Termasuk fosil gajah seperti stegodon trigonocephalus, stegodon pygmy semedoensis, stegodon hypsilopus, elephas planifrons dan Elephas hysudricus. Usianya mulai dari 400 ribu tahun hingga 1,5 juta tahun.
“Sebenarnya gajah itu juga pernah hidup di pulau Jawa, tidak hanya di Sumatera. Bahkan spesies yang berukuran besar juga ada di sini seperti stegodon,” paparnya.
Dia melanjutkan, pada 2011 lalu, Dakri juga menemukan Homo Erectus yang hidupnya sekitar 700 ribu tahun lalu. Diperkirakan, homo erectus itu hidup bersamaan dengan gigantopithecus blacki.
“Fosil fauna juga banyak ditemukan di sini,” sambungnya.
Dia menuturkan, pengunjung Museum Semedo terus mengalami peningkatan Sejak dibuka pada 12 Oktober 2022 lalu, jumlah pengunjung hingga Desember 2022 hanya sekitar 72 ribu orang. Kemudian pada 2023, jumlah pengunjung mencapai 87 ribu orang.
“Kalau tahun ini, baru mencapai setengahnya saja. Semoga ke depan Museum Semedo semakin ramai, banyak pengunjungnya,” harapnya.
Baca Juga