TEGAL, smpantura – Keberadaan Pecinan Tegal, telah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Terbentuknya kawasan ini, berkaitan erat dengan peristiwa Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Di mana pada saat itu, Tegal diketahui masih di bawah pemerintahan Kerajaan Mataram.
Terjadinya perang saudara, menyebabkan Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua, yakni Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Jauhnya wilayah Tegal dari Kerajaan Mataram, menyebabkan Tegal akhirnya jatuh ke tangan Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC.
VOC di tanah Tegal, kemudian membentuk Sistem Opsir Tionghoa yang dipimpin oleh seorang kapitein. Pada masanya, masyarakat Tionghoa Tegal dipimpin Kapitein der Chinezen, sedangkan di wilayah Slawi dan Adiwerna, Kabupaten Tegal, dipimpin Luitenant der Chinezen.
Salah satu tugas Opsir Tionghoa adalah mengurus hak-hak sipil masyarakat Tionghoa, seperti peribadahan. Seperti diketahui, peribadahan tidak lepas dari kelenteng, karena pada saat itu hampir sebagian besar masyarakat Tionghoa menganut kepercayaan Konghucu.

Di saat Sistem Opsir Tionghoa dilaksanakan, Ketua Kelenteng merupakan para opsir itu sendiri beserta bawahannya. Setelah sistem tersebut dihilangkan, barulah dibentuk suatu badan kepengurusan.