Slawi  

Kembangkan Ekonomi Kreatif, Dinas Porapar Lakukan Studi Tiru Ke Surakarta

Namun untuk mengembangkan ekraf di kota ini, pemerintah juga menghadapi kendala. Dengan jumlah penduduk 587.646 jiwa dan usaha ekraf yang terbatas, mencari pelaku ekraf bukan hal yang mudah.

Diskusi dilanjutkan dengan kunjungan ke Museum Radyapustaka yang tak jauh dari Grha Wisata Niaga. Di Museum Radyapustaka ini wisatawan bisa belajar mengenal Sejarah dan perkembangan budaya Kota Solo. Museum ini berdiri atas inisiasi Patih K.R.A. Sosrodiningrat IV pada 1890. Museum ini menjadi salah satu museum tertua di Indonesia.

Perjalan studi tiru dilanjutkan ke Gedung Sentra IKM Kreatif Semanggi Harmoni. Selain melihat aneka kerajinan yang dihasilkan para perajin batik, fashion, wayang kulit, kain lukis, juga diskusi dengan Kepala UPTD Pengelolaan Sentra Industri Kecil Menengah Kota Surakarta Sri Hening Widyastuti dan pendiri Rumah Karnaval Indonesia Heru Mataya.

BACA JUGA :  Kapolres Tegal Beri Penghargaan Empat Personel Pengamanan KTT G20

Heru yang kerap menggarap event festival besar menuturkan, sebuah festival harus punya dampak bagi pelaku ekraf di sekitar. “Kerjakan yang sungguh-sungguh, jangan terjebak rutinitas. Di Indonesia ada sekitar 3.000 festival. Harapan kami di Kabupaten Tegal ada satu atau dua festival besar yang digarap serius,”sebutnya.

Dari perjalanan studi tiru di kota yang terkenal dengan budaya Jawa sangat kental ini, beberapa menginspirasi dan dapat ditiru oleh Kabupaten Tegal.

Kepala Dinas Porapar Kabupaten Tegal Akhmad Uwes Qoroni menuturkan, beberapa aspek yang dapat ditiru Kabupaten Tegal, diantaranya terkait pengelolaan sentra industri kreatif. Di Solo sentra-sentra industri kreatif seperti Batik Laweyan dan Batik Kauman dikelola sebagai destinasi wisata budaya dan pusat ekonomi kreatif menjadi daya tarik wisatawan.

error: