Mbah Watmo, Puluhan Tahun Jadi Relawan Pemungut Sampah di Candi Batur Pemalang

“Sudah puluhan tahun mas, saya memunguti sampah di Candi Batur ini. Tidak pernah dibayar, saya melakukan ini ikhlas untuk akhirat. Tidak mendapat bayaran sekarang, mudah-mudahan diakhirat nanti saya bisa dapat ganjaran yang baik,” ungkap Mbah Watmo, saat ditemui di Candi Batur, Minggu (6/7/2025).

Mbah Watmo mengaku, untuk pekerjaannya ini tidak ada warga yang mau. Apalagi, tidak ada bayarannya. Namun baginya pekerjaan sebagai relawan pemungut sampah di Candi Batur ini menjadi ladang ibadahnya yang sudah berusia tua.

“Ya, kalau dipikir-pikir, tidak ada yang mau mikirin sampah ini. Setiap hari harus tahan kena panas, tahan kena hujan. Tapi, bagi saya yang sudah tua, ini sebagai ladang ibadah, untuk menjaga lingkungan,” tuturnya.

Mbah Watmo menceritakan, dari sampah yang dipungut setiap hari, selanjutnya dikumpulkan. Setelah itu, setiap hari Senin, sampah yang terkumpul itu dibakar. Sebab, sampah-sampah itu tidak boleh dibuang ke sungai, karena bisa mencemari air sungai.

BACA JUGA :  Pilihan Makanan Bumil Agar Anak Cerdas, Simak Baik-baik!

“Seluruh lingkungan di Candi Batur, saya yang memunguti sampahnya. Setelah terkumpul, setiap hari Senin saya membakarnya, karena tidak boleh dibuang ke sungai,” ungkapnya.

Pria kelahiran tahun 1942 itu, sebelum mengabdikan diri menjadi relawan pemungut sampah di Candi Batur, saat muda menjadi perantau di Jakarta. Setelah usia tua, Mbah Watmo pulang kampung dan menjadi relawan pemungut sampah hingga sekarang.

“Saya kelahiran tahun 1942. Dulu, waktu muda merantau ke Jakarta, dan di Jakarta ini saya bertemu istri saya. Dulu, saya pernah ikut memerangi G30S PKI. Setelah tua, saya pulang kampung,” cerita Mbah Watmo.

Meski tidak pernah mendapat bayaran, Mbah Watmo tetap menjalankan aktivitasnya sebagai relawan pemungut sampah di Candi Batur. Terkadang, kakek ini juga mendapat makanan atau rokok dari pengunjung, meski itu tidak diharapkannya.

error: