Melek Digital sebagai Konter Wacana di Era Gen-Z

Ditelaah lebih jauh dengan menggunakan pendekatan Teori Antonio Gramsci tentang hegemoni, ia memberikan pandangan yang mendalam tentang kompleksitas interaksi sosial, kekuasaan, dan budaya. Gramsci telah memberikan landasan teoretis untuk memahami dinamika sosial dan perubahan dalam masyarakat.

Hegemoni menurut Gramsci adalah sebuah konsensus dimana ketertundukan diperoleh melalui penerimaan ideologi kelas yang menghegemoni oleh kelas yang terhegemoni.

Dan menurut Simon (1999) hegemoni adalah sarana untuk memahami masyarakat dengan tujuan untuk mengubahnya. Tujuan dari adanya hegemoni adalah menarik perhatian masyarakat atau mengarahkan pada hal-hal yang difokuskan oleh sang penguasa.

Dengan demikian kita sebagai pengkonsumsi berita-berita, sudah seharusnya untuk berfikir skeptis, kritis, dan komparatif sebagai bentuk waspada kita agar tidak taklid buta, dan tentu dibarengi dengan sikap hati-hati dengan menyaring berita sebelum menyebar berita yang kebenarannya masih diragukan dan bisa berdampak fitnah.

BACA JUGA :  Ngresulahe Manuk Gereja Maring Menungsa sing Sungkan Maca

John Dewey mengingatkan kita sebagai Pembelajar, dituntut untuk mengkonstruksi, merekonstruksi, dan mendekonstruksi pandangan kita, bahasa yang kita gunakan, teks dari media-media yang kita baca atau di era sekarang gambar yang kita lihat di media online (youtube, tik tok, dll). Semua itu dijadikan bahan pembelajaran dan penting sekali untuk dicerna kembali lebih mendalam, bukan ditelan mentah-mentah tanpa swasensorship objektif komparatif.

Kita semestinya menyadari bahwa era online ini semuanya mudah dan terbuka menghegemoni alam pikir bahkan bawah sadar kita, untuk mengamini, bersepakat atau tidak bersepakat dengan narasi-narasi yang mengemuka di berbagai media.

error: