Tegal  

Nelayan Tradisional Belum Menerima Bantuan Paceklik

TEGAL, smpantura – Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Minta Kota Tegal, berharap bantuan paceklik dari pemerintah untuk nelayan tradisional yang terdampak musim baratan yang ditandai dengan angin kencang dan gelombang tinggi dapat segera disalurkan. Sebab, selama ini bantuan paceklik didistribusikan belum tepat sasaran.

Ketua KUD Karya Minta Kota Tegal, Riswanto mengatakan, terdapat sekitar 3.500 nelayan dan Anak Buah Kapal (ABK) yang merupakan anggota koperasi yang terdampak musim baratan. Dari jumlah itu, terdapat nelayan tradisional yang kesehariannya beraktivitas menggunakan kapal berukuran di bawah 10 gross tonage (GT).

Riswanto menyebut bahwa sesuai prediksi Stasiun Meteorologi Maritim Tegal musim baratan akan terjadi hingga bulan Februari 2025. Pada masa-masa seperti sekarang ini para nelayan membutuhkan adanya bantuan paceklik.

“Jika bantuan bisa disalurkan saat ini akan sangat tepat sasaran. Karena sebagian besar nelayan tradisional tidak melaut. Tetapi jika diberikan setelah Februari atau sampai bulan Juli-Agustus, kebanyakan nelayan sudah beraktivitas kembali,” ucap Riswanto usai menghadiri acara di Pendopo Ki Gede Sebayu Kota Tegal, Senin (3/2/2025).

Dijelaskan lebih lanjut, nelayan tradisional yang terdampak musim baratan memilih untuk beraktivitas memperbaiki kapal dan alat tangkap. Pasalnya, mereka tidak memiliki keahlian lain selain pergi melaut mencari ikan.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, nelayan juga hanya mengandalkan sisa tabungan dan mengajukan pinjaman ke perbankan. Bagi ABK, mayoritas memilih kas bon kepada para pemilik kapal.

“Selama tidak melaut keseharian nelayan hanya memperbaiki jaring dan kapal atau perahu. Untuk mencukupi kebutuhan ada yang memiliki tabungan, ada pula yang berhutang. Setelah mereka kembali melaut, hutang-hutang itu mulai dicicil,” katanya.

BACA JUGA :  Dedy-Iin Kompak Saat Sesi Pemotretan

Sementara itu, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Eko Susanto mengatakan, bantuan beras paceklik biasa diberikan pada bulan Juli-Agustus, mengingat dulu musim cuaca buruk terjadi pada bulan September hingga Desember. Namun, perubahan cuaca yang tidak menentu saat ini menjadikan musim baratan terjadi di awal tahun.

Sama dengan Riswanto, Eko menilai idealnya bantuan paceklik tidak lagi diberikan pada pertengahan tahun. Tetapi pihaknya juga menyadari adanya ketentuan yang tidak bisa dilakukan pemerintah berkaitan dengan penggunaan Belanja Tidak Terduga (BTT).

“Bantuan paceklik dari pemerintah diberikan kepada HNSI dan KUD secara bergantian. Kami berharap bantuan paceklik bisa menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi. Sebab, setiap tahun hibah yang diberi masih tetap sama besarannya. Padahal, harga beras mengalami fluktuasi,” jelasnya.

Berdasarkan data HNSI Kota Tegal, jumlah nelayan yang tergabung sebagai anggota mencapai 5.050 orang. Pada tahun 2024 lalu, sekitar 500 orang menerima bantuan beras paceklik. Selain paceklik, hibah dari pemerintah juga digunakan untuk sedekah laut berupa santunan kepada janda jompo maupun anak yatim yang berasal dari keluarga nelayan.

“Besaran bantuan berbeda-beda. Bagi kapal yang melaut sehari bisa menerima delapan kilogram, kapal berukuran di atas 30 GT diberikan 25 kilogram dan santunan janda jompo atau yatim piatu besarannya delapan kilogram dan ditambah sembako lainnya,” pungkas Eko. **

error: