Budaya  

Pasar Gaib Pilang Kerep Semedo, Mitos Leluhur Menjadi Kenyataan

“Pilang Kerep itu artinya datang dan pergi atau kadang ada dan kadang tidak ada,” katanya.

Sisworo memaknai adanya pasar gaib lain dengan warga kebanyakan. Perkataan Mbah Semedo yang menyampaikan pada akhir zaman, Semedo akan menjadi kota atau pasar besar, dimaknai Sisworo dengan berdirinya Museum Semedo. Ada juga mitos bahwa orang yang datang ke Semedo harus berprilaku baik. Ia mengartikan bahwa orang yang datang ke Semedo akan mendapatkan kebaikan, berupa ilmu pengetahuan tentang adanya situs purbakala.

“Ada juga mitos bahwa Semedo akan menjadi pusat penjualan Abu Putih. Saya artikan bahwa Semedo menjual ilmu pengetahuan atau tulang sisa kehidupan,” beber Sisworo yang juga menjadi staf kebersihan di Museum Semedo itu.

Sisworo melihat mitos-mitos tersebut menjadi peluang bagi masyarakat Semedo. Ia menggagas berdirinya Pasar Pilang Kerep yang buka sejak 2021 lalu. Pada saat itu, pembukaan Pasar Pilang Kerep sebelum Museum Semedo dibuka. Awalnya, hanya empat pedagang yang berjualan. Namun, berkembang pasar, saat ini telah mencapai 60 pedagang.

BACA JUGA :  Jembatan Sakalimalas, Saksi Bisu Era Kolonial Belanda di Bumiayu

“Nama Pilang Kerep sempat diprotes warga, karena dinilai menyalahi mitos leluhur. Akhirnya, nama pasar ini dirubah menjadi Pasar Langgeng. Tujuannya agar pasar ini bisa terus ada dan berkembang pesat,” harap Sisworo.

Hingga kini, lanjut dia, Pasar Langgeng selalu ramai di kunjungi ratusan warga dari Brebes, Tegal, Pemalang dan sekitarnya. Pasar hanya buka setiap hari Minggu mulai pukul 06.00 sampai Pukul 11.00. Pasar Langgeng menjual makanan khas pedesaan dan hasil bumi warga Semedo dan sekitarnya. Perputaran uang di pasar tersebut cukup tinggi. Tiap pedagang bisa bertransaksi antara Rp 500 ribu dan Rp 2,5 juta.

error: