Oleh : Ketua Prodi D3 Kebidanan Poltek Harber, Seventina Nurul Hidayah, S.SiT., M.Kes.
TEGAL, smpantura – Profesi bidan sejatinya adalah profesi yang mulia. Bidan sebagai ujung tombak dalam pemberian pelayanan pada perempuan, bayi, balita dan orang tua serta perannya dalam pemberdayaan masyarakat, diharapkan dapat menjadi agent of change dari perubahan perilaku masyarakat menuju masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.
Namun, mengubah perilaku masyarakat tentunya tidak mudah, banyak tantangan di skala lokal maupun global yang dapat menjadi hambatan dalam mewujudkan cita-cita tersebut.
Profesi bidan dituntut untuk selalu berinovasi dan peka dengan perkembangan zaman, tidak hanya menyangkut mengenai pemberian asuhan kebidanan saja yang memang menjadi kompetensi dasar profesi bidan.
Bidan harus memaksimalkan peranannya sebagai promotor dan advokator bagi masyarakat. Salah satu caranya dengan menggerakkan masyarakat dalam upaya pemenuhan pelayanan kesehatan yang memadai guna meningkatkan derajat kesehatannya.
Semua orang selalu berusaha untuk bertahan hidup dan mencukupi perekonomian keluarganya, beranjak dari pemikiran ini, pemberdayaan masyarakat bidang perkonomian menjadi pendekatan yang cukup ampuh.
Perekonomian dan kesehatan memiliki benang merah yang menjadi simpul penghubung yaitu fungsi profesi bidan sebagai penyedia layanan kesehatan juga sebagai social entrepereneur.
Bukan berarti kesehatan digunakan sebagai bisnis yang berorientasi pada profit, akan tetapi menekankan bagaimana seseorang itu memiliki kemampuan berpikir yang kreatif, dengan daya kreasi dan membuat sesuatu yang baru dengan cakap melihat suatu peluang serta berani mengambil risiko atas tindakannya.
Bidan masa kini harus kreatif, aktif, terus belajar, serta dapat menciptakan peluang. Seorang bidan dapat mengambil suatu langkah¬ yang berani di tengah masyarakat yang saling berlomba memperebutkan kesempatan kerja yang sangat sempit.
Ia dapat berinovasi untuk melakukan suatu usaha yang dapat meningkatkan ekonomi dan memberi peluang kerja bagi sesamanya. Menjadi bidan yang memiliki jiwa entrepreneur.
Wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani dalam mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan yang ada. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani dalam memulai sebuah usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi yang tidak pasti.
Seorang bidan entrepreneur (IDN Times, 2018) adalah bidan Robin Lim yang terpilih sebagai nominator CNN Hero 2011 dan penggagas Klinik Bumi Sehat yang berlokasi di Nyuh Kuning Ubud.
Klinik ini menawarkan berbagai perawatan pra dan paska persalinan, serta rumah persalinan, kesehatan bayi dan anak, berbagai layanan baik allopathic dan Pengobatan Tradisional Cina untuk seluruh keluarga.
Sejak 2005 sudah ada 113 ribu orang mendapatkan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis dari Klinik Bumi Sehat. Jenis kegiatan dan usaha sosial entrepreneur tentu saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah, karena tiap daerah mempunyai potensi sendiri-sendiri.
Dengan demikian, bidan dituntut pandai dalam membaca peluang, disesuaikan dari masing-masing potensial yang ada disekitar lingkungan masyarakat itu sendiri, bagaimana karakteristik penduduknya, masalah apa yang banyak terjadi dan kebutuhan pemecahan masalah kesehatan apa yang menjadi pokok permasalahan.
Tanpa harus meninggalkan tugas pokok sebagai bidan, seorang bidan pun dapat berwirausaha pada area pelayanan kebidanan. Terapi komplementer dalam masa nifas, merupakan salah satu alternatif non medis yang dapat dimanfaatkan oleh ibu dan dijadikan peluang usaha dalam mengatasi keluhan dan pemulihan selama nifas, karena dapat menghindari efek samping dari penggunaan obat-obatan dan bahan kimia.
Peluang pelayanan terapi komplementer yang dapat diberikan dalam masa nifas meliputi, herbal, aromaterapi, hipno breastfeeding, yoga post partum, pijat oksitosin, pijat nifas, pijat bayi, massage payudara dan massage perineum.
Pemanfaatan terapi komplementer dalam masa nifas harus tetap diawasi dan dipastikan aman bagi proses pemulihan ibu serta produksi ASI, sehingga tidak menimbulkan efek negatif baik pada ibu maupun bayi. (T03-red)