“Kita melibatkan semua aspek pentahelix, meliputi unsur pemerintah , perguruan tinggi, komunitas , pengusaha dan media. Kami siap mengobati, menuntaskan hingga pasien sembuh. Semua pihak harus ikut mensuport,” sebutnya.
Amir menuturkan, estimasi temuan TB di masyarakat tahun 2024 ini bisa mencapai 6.633 kasus.
“Prinsipnya, semakin banyak kasus kita temukan, semakin baik karena mereka bisa cepat tertangani karena memang obatnya sudah ada dan ampuh, kumannya bisa diketahui karena kita punya alat diagnostik dari yang sederhana sampai yang canggih. Strategi yang menekankan pada pengawasan langsung terhadap penderita, baik keluarga maupun petugas kesehatan melalui DOTS juga sudah siap. Dan semuanya gratis bagi pasien tuberkulosis,” tuturnya.
Tapi di balik kesiapan untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan, lanjut Amir, ada tantangan lain yang tidak kalah pentingnya dan sangat berpengaruh pada partisipasi pasien TB mengikuti program DOTS.
Sebab seseorang yang tertular tuberkulosis tidak hanya berdampak dari sisi medis atau kesehatan, tetapi juga ekonomi dan sosial yang ini diperburuk dengan stigma di lingkungan masyarakat, diskriminasi dan risiko kehilangan pekerjaan ataupun berhenti sekolah.
“Selain pula kita juga harus bekerja menurunkan tingkat insidensi atau kasus baru tuberkulosis hingga 80 persen,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Ruszaeni menyampaikan bahwa kolaborasi penanggulangan tuberkulosis meliputi Forkopimda, OPD, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat serta media di Kabupaten Tegal.
Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk komitmen Pemkab Tegal dalam percepatan eliminasi TBC.