TEGAL, smpantura – Liang langit telah merampungkan pertunjukannya di Teater Arena Taman Budaya Tegal (TBT) pada Sabtu (7/9/2024) pekan lalu. Bahkan, puluhan penonton terpaksa tidak bisa masuk ke dalam gedung karena melebihi kapasitas.
Teater Qi dan Teater Djarum telah mengupayakan agar semua bisa menikmati pertunjukan, antara lain memajukan batas penonton hingga tak berjarak dengan panggung.
Ketua Teater Qi, Rudi Iteng menyampaikan permohonan maaf sekaligus terima kasih kepada masyarakat Kota Tegal dan sekitarnya, karena sangat antusias menyaksikan pentas ‘Liang Langit’.
“Jumlah penonton nyaris menyentuh 1.000. Kondisi di dalam penuh sesak,” kata Rudi Iteng, Jumat (13/9/2024).
Rudi berharap, dirinya dapat kembali bertemu dengan para penonton dalam kesempatan pertunjukan berikutnya.
Salah seorang Dalang Wayang Pring, Widodo menyimak jalannya pertunjukan. Ia mengaku merinding begitu mengetahui akhirnya perjuangan Langit tragis.
“Ia seorang pahlawan, namun selalu dianggap pemberontak,” kata Widodo.
Widodo pun teringat bagaimana Karna, meskipun ia termasuk trah Pandawa namun memilih untuk berdiri di pihak Kurawa. Ia sebenarnya baik, namun selalu dianggap tidak baik.
Nurochman Sudibyo, seorang penyair, mengatakan bahwa pertunjukan Liang Langit cukup keren. Selain secara visual menawarkan ketegangan dan tata artistik yang menarik, ilustrasi musiknya juga membuat penonton kagum.
“Menurut saya ilustrasi musik di teater ya seperti di Liang Langit ini. Tidak harus bersumber dari alat-alat musik. Besi-besi juga bisa berbunyi. Soal naskah, menurut saya dialog-dialognya berbobot sastra. Ini bisa kita pahami karena Asa juga seorang penyair,” jelasnya.
Kemudian Widodo menitipkan salam untuk para seniman dan sastrawan di Tasikmalaya pada saat Liang Langit berpentas di sana, Sabtu (21/9/2024).
Perwakilan Teater Djarum, Asa Jatmiko mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang terlibat, termasuk kerja keras Teater Qi dan Dewan Kesenian Kota Tegal.
“Terima kasih untuk itu. Selanjutnya kami akan melanjutkan perjalanan pertunjukan Liang Langit di Tasikmalaya. Kami kembali ke sanggar, untuk kembali berlatih dan mempersiapkan diri,” singkatnya.
Sebagai informasi, ‘Liang Langit’ menceritakan tokoh seorang pekerja pembersih kaca gedung bertingkat yang bernama Langit.
“Ada suatu waktu di mana kita merasa diri sebagai seorang yang tidak berguna. Ada suatu tempat dimana manusia mau tidak mau mesti mengakui kekalahan. Ada suatu masa di mana seseorang tak bisa berlari lagi dari pembusukan pikiran, hati dan perangai buruk. Ruang dan waktu telah membuat semuanya lapuk. Pemberontakan telah usang, pertikaian telah bangkai, sementara hidup selalu menuntut menjadi sesuatu,” kata Asa Jatmiko.
Baca Juga