“Di riset terakhir dikatakan indeks literasi keuangan digital kita masih ada di level 38,03 persen. Sangat rendah dari apa yang kita harapkan,” ujarnya.
“Kenapa harus melek inovasi keuangan digital? Yang pertama, hidup kita sudah tidak bisa dipisahkan dari teknologi. Kedua, pekerjaan masa depan membutuhkan kompetensi digital dan agar tidak ketinggalan zaman,” jelasnya.
Agung menambahkan, kurikulum perguruan tinggi harus selalu disesuaikan dengan zaman.
“Memang mau tidak mau dunia akuntansi sekarang ini tidak cukup menyusun neraca, laporan keuangan dan sebagainya. Tapi sekarang ini yang dibutuhkan adalah data science, pengolahan data pada IPTEK,” tutup Agung. (T03-Red)