Tegal  

Produsen Kue Keranjang Mulai Kebanjiran Order

TEMPEL STIKER : Pegawai rumah produksi Kue Keranjang Sido Makmur, Jalan Blimbing, Kelurahan Pekauman, Kota Tegal, menempel stiker sebelum dikemas dan didistribusikan ke sejumlah kota-kota besar, Kamis (12/1).

TEGAL, smpantura – Produsen kue keranjang dari rumah produksi Kue Keranjang Sido Makmur, Jalan Blimbing, Kelurahan Pekauman, Kota Tegal, mulai kebanjiran order menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2023.

Pemilik Kue Keranjang Sido Makmur, Mindayani Wirdjono (82) mengatakan, peningkatan pesanan terjadi sejak satu pekan lalu, bersamaan dengan langkah pemerintah mencabut PPKM.

Ibu delapan anak ini menyebut bahwa produksi kue ikonik Imlek itu mampu mencapai 500-600 kilogram per hari. Jika dikalkulasikan, dalam satu periode jumlah produksi mencapai sekitar enam ton.

“Tahun ini ada sedikit peningkatan sekitar 5-10 persen. Seiring perekonomian membaik, ditambah status PPKM dicabut, pesanan semakin mengalir deras,” ucap Mindayani saat ditemui, Kamis (12/1).

Usaha keluarga yang berlangsung sejak 1982 ini, diketahui telah mempekerjakan sebanyak 20 pegawai lebih. Di usia yang tidak lagi muda, Mindayani kini dibantu kedua anaknya.

Adapun kue keranjang Sido Makmur banyak didistribusikan ke beberapa kota-kota besar, seperti Semarang, Solo, Yogyakarta, Cirebon, Bandung, Karawang, Jakarta dan Bekasi.

“Saya masih memproduksi empat varian rasa, yakni original, cacao, pandan dan frambos. Satu hari bisa 500-600 kilogram, dengan perbandingan 250 kilogram tepung ketan dan 250 kilogram gula,” tukasnya.

Belajar dari pembantu tetangga

Di balik kejayaannya saat ini, Mindayani turut mengisahkan perjalanan usaha kue keranjangnya. Itu bermula dari tawaran pekerja rumah tangga (PRT) tetangganya dulu saat masih berjualan di Jalan Veteran.

BACA JUGA :  Komitmen Bersama Mal Pelayanan Publik Kota Tegal Resmi Ditandatangani

Menurutnya, tetangga tokonya yang berjualan jamu mengalami kesulitan ekonomi hingga gulung tikar. Kemudian, PRT dari toko jamu tersebut menawarkan diri untuk berkerja sama memproduksi kue keranjang.

“Jauh sebelum jualan kue keranjang, saya sempat punya toko di Jalan Veteran, Kota Tegal. Tetangga saya jualan jamu, tapi bangkrut. Setelah itu, pembantu toko jamu mengajak agar saya memproduksi kue keranjang. Dia bersedia mengajari dari nol. Karena kebetulan, anak dari tetangga saya itu sempat memproduksi kue keranjang,” tutur Mindayani.

Berkat kegigihan, keuletan dan campur tangan (olahan) dari PRT bernama Wa Nya Meng, Mindayani mengaku bisa seperti sekarang.

“Pembantu tetangga saya itu namanya Wa Nya Meng. Berkat jasa dia, saya bisa seperti ini,” ucapnya berkaca-kaca.

Pemilik nama Tionghoa, Oey Tong Gwat (82) ini menambah, kue keranjang merupakan persembahan bagi para Sinbeng (dewa) yang disajikan saat sembahyang dengan cara ditumpuk. Dinamai dengan kue keranjang, karena memiliki sebuah folosofi.

Pada masanya kue disajikan kepada dewa dengan menggunakan anyaman bambu yang menyerupai keranjang. Karenanya dikenal dengan nama nama populer kue keranjang atau dodol keranjang.

“Imlek tanpa kue keranjang, ibarat sayur tanpa garam. Semoga usaha keluarga ini dapat terus bertahan hingga anak cucu, cicit saya merasakan,” tutupnya. (T03-Red)

error: