SEMARANG, smpantura – Program Sekolah Kemitraan yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, membuka peluang bagi banyak siswa dari keluarga kurang mampu untuk kembali melanjutkan pendidikan di tahun ini.
Satu dari sekian siswa tersebut adalah Arsad Abi Mubarok, warga Desa Kebonagung, RT 3 RW 1, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.
Saat disambangi di rumahnya, Arsad, begitu ia biasa disapa, terlihat duduk sendiri di lincak di teras rumahnya yang sederhana. Dia memegang buku. Sesekali, pandangannya menerawang ke depan lalu kembali membuka lembar halaman buku.
Arsad bercerita, usai lulus dari SMP beberapa waktu lalu, ia kerap menghabiskan waktu di rumah. Ayahnya, Ratno Suratmin merantau ke Kalimantan dan bekerja sebagai buruh proyek. Adapun ibunya, Parsiyah, hanyalah buruh tani yang bekerja mulai pukul 07.00 dan pulang setelah matahari terbenam.
Di tengah ekonomi yang kekurangan, Arsad masih menyimpan asa untuk terus melanjutkan pendidikan. Namun, kondisi ekonomi keluarga membuatnya pesimistis untuk mengenyam bangku SMA.
“Saya lulus dari SMPN 2 Sumowono dan masih ingin melanjutkan ke SMA,” kata Arsad, saat ditemui di rumahnya, Jumat (11/7/2025).
Keinginan melanjutkan di sekolah negeri terhambat karena jarak tempuh rumahnya ke sekolah lebih dari 18 kilometer. Tentu, membutuhkan biaya transportasi tiap hari nantinya.
“Ingin sekolah di SMA Negeri tapi adanya di Ambarawa, dan itu jaraknya 18 kilometer,” ungkap Arsad.
Begitu pula, jika harus memilih di sekolah swasta. Ia harus mengorbankan biaya yang jauh lebih mahal, meski dekat dengan rumahnya.
“Bapak itu kerja proyek di Kalimantan, dan pulangnya lima bulan sekali. Kalau ibu, hanya buruh tani,” tuturnya.
Sementara jerih payah orang tuanya hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Arsad tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana. Dindingnya susunan bata tanpa polesan semen dan lantai tergelar tikar.
Kamar mandi ada di luar dan terpisah dari bangunan rumahnya. Ia pun harus menimba air dengan cara traidisional di sumur tua.
“Saya tidurnya di sini,” papar Arsad sambil menunjuk ruang tamu yang ada tikarnya.
Hingga akhirnya, ia mendapat informasi ada program sekolah kemitraan yang diinisiasi Gubernur Ahmad Luthfi. Program tersebut memberikan kesempatan siswa kurang mampu bersekolah di swasta dengan biaya penuh dari pemerintah alias gratis.
“Ya saya senang bisa ikut program sekolah kemitraan dari Pak Luthfi. Dan tahun ini saya terdaftar di SMA Muhammadiyah Sumowono,” ungkapnya.
Dijelaskannya, jarak rumahnya dengan SMA Muhammadiyah Sumowono hanya sekitar lima kilometer. Jadi, selain gratis jaraknya juga tidak jauh.
“Saya akan lebih bersemangat belajar dan nantinya saya ingin dapat menaikkan derajat keluarga,” harapnya.
Sekretaris Tim SPMB SMA Muhammadiyah Sumowono, Badriyah, mengutarakan, program sekolah kemitraan sangat bagus karena menjadi solusi bagi anak-anak kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan gratis.
“Kalau mau sekolah ke negeri jaraknya jauh. Jadi dengan adanya sekolah kemitraan ini bisa memangkas jarak dan juga gratis,” ujarnya.
Pihaknya berkomitmen untuk mendukung program tersebut, salah satunya dengan memastikan bisa tepat sasaran.
“Kami bahkan melakukan sosialisasi ke masyarakat sekitar sini, dan memastikan sesuai persyaratan yang ada,” imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidian dan Kebudayaan Jawa Tengah, Syamsudin Isnaini, menyampaikan, program kemitraan saat ini mampu menyerap sekitar 2.464 siswa.
“Tahap satu ada 1.913 siswa dan di tahap dua ada 551, jadi total sementara ada 2.464 siswa. Dan sekarang masih menunggu dilakukan daftar ulang pada 11 Juli 2025,” tandasnya. (**)